Thursday 11 October 2012











Beliau lahir di kampung Nurs daerah Khizan wilayah Bitlis, Turki. Beliau memiliki hafalan yang kuat, otak yang cerdas serta sifat yang pemberani. Guru pertama beliau adalah Mullah Abdullah yang merupakan kakaknya sendiri, yang pula memberikan gelar Badiuzzaman kepada beliau. Semasa mudanya beliau habiskan dengan ilmu dan tazkiyatunnufs, banyak pergi ke tempat-tempat pengajian dan banyak menghafal kitab kitab seperti nahwu, sharaf, mantiq dan berbagai ilmu agama seperti tafsir dan ilmu kalam. Berkat ajakan Hasan Pasha beliau di ajak ke kota Van dan dari situ beliau mulai tertarik pula untuk mendalami ilmu-ilmu modern seperti Matematika, Geologi, Fisika, Kimia, Astronomi, sejarah, Geografi, dan filsafat dalam waktu yang singkat .

Selama menjadi tamu Hasan Pasha di Van, beliau membaca sebuah koran yang kemudian menjadi titik tolak perubahan dalam hidup beliau. Dimana tertulis didalamnya pernyataan seorang menteri penjajah inggris Sir William Ewart Gladston dikantornya sembari berkata, “ Selama Al quran ini berada ditangan umat islam, kita tidak bisa menguasai mereka. Yang perlu kita lakukan adalah merampas Al quran ini dari tangan mereka atau kita jauhkan mereka dari al quran . dari berita yang telah beliau baca ini akhirnya beliau bersumpah, “ Aku akan membuktikan dan memperlihatkan bahwa Al quran adalah mentari maknawi yang tidak akan padam dan tidak dapat dipadamkan”. Lantas beliau mewakafakan hidupnya untuk mewujudkan sumpahnya itu.

Badiuzzaman berpendapat bahwa cara untuk menyelamatkan Daulah Utsmaniyah dari musuh internal atau eksternal adalah perjuangan dibidang pendidikan. Beliau mempunyai rencana besar untuk mlindungi cahaya ini dari segala bentuk pertentangan dan kerusakan terhadap masa depan Turki melalui penjagaan Al quran. Mencerahkan umat islam dengan pendidikan hanyalah cara yang satu-satunya cara untuk menjaga umat ini dari kehancuran. Maka dari itu beliau pergi ke Istambul untuk menarik perhatian pusat kekhalifan agar memberikan perhatian kepada rakyat Anatolia dan mendukung rencana beliau untuk mendirian perguruan Az Zahra di Van atau Diyarbakir.

Beliau mempunyai cita-cita besar yaitu mendirikan universitas Az Zahra. Dengan segala bentuk daya dan upaya beliau lakukan demi terwujudkannya cita-cita mulia ini. Tapi apalah daya jika penguasa tak menyetujui dengan berbagai alasan dan pertimbangan, Az Zahra sangat sulit diwujudkan. Pada akhirnya beliau menempuh jalur politik dan memilih untuk tetap tinggal di Istanbul . Beliau banyak menulis di surat kabar dan berperan penting dalm berbagai forum dan pertemuan. Setelah itu beliau bergabung dalam organisasi Ittihad Muhammadiya dan menjadikan pengaruh besar dalam organisasi ini.Setelah peristiwa 31 maret berlalu beliau dipanggil untuk diiterogasi di pengadilan militer Istanbul dengan tuduhan terlibat dalam insiden tersebut. 


Dengan dilontarkan beberapa pertanyaan yang beliau jawab dengan benar dan tegas akhirnya beliau bebas dan kembali lagi ke Van. Sambil mengunjungi suku dan kabilah, beliau juga mengajarkan mereka kemasyarakatan, budaya dan keilmuan.Salah satu nama kajian yang beliau sebarkan bernama munazarat atau debat. Setelah beberapa lama tinggal di Van beliaupun pergi ke Syam. Disana beliau mnyampaikan khotbah yang mampu menyihir hingga 10.000 orang dari jamaah masjid Umawi.dalam perjalanan ke Rumeli beliau bertemu dengan Sultan Rasyid dan mengusulkan pmbukaan beberapa cabang perguruan Az Zahra. Usulan ini diterima dan akhirnya terwujudlah impian beliau selama ini untuk mendirikan Az Zahra meski waktu itu perang dunia pertama meletus yang menyebabkan terhambatnya pembangunan. Beliau tetap bersyukur karena impiannya selama ini akan terwujud dalam bentuk ratusan Madrasah Nur yang tersebar diseluruh Turki.

Pada tahun 1914 – 1918 merupakan perang dunia pertama yang melibatkan beliau dan para pelajarnya ikut serta melawan Rusia dan Armenia diwilayah timur.Dalam keadaan yang genting ini dengan pertolongan Allah beliau mampu menulis sebuah kitab tafsir yang merupakan maha karya beliau dalam bidang ilmu tafsir yang berjudul “ ‘Isyarotul I’jaz “. Ketika Rusia mampu menguasai daerah Bitlis pada tahun 1916 beliau tertangkap dan berhasil melarikan diri lewat jalan Pittersburg, Warsawa dan Vienna lalu sampailah ke Istanbul pada 26 juni 1918. Atas keinginan Syaikhul islam Mustafa Sabri beliau ditunjuk sebagai anggota Dewan Hikmah Al Islamiyah yang bertugas memberikan fatwa dan melakukan syura menghimpun para ulama. Pada penghujung perang dunia ini negara-negara yang berada dibawa Kekhalifahan Utsmaniyah banyak yang tertakhlukan. Hal ini membuat negara-negara seperti Inggris, Prancis, Italia dan Yunani menguasainya. Pada saat Anatolia dikuasai oleh inggris, dengan segala usaha dan sepak terjanganya beliau mampu mendorong rakyat Anatolia untuk melawan penjajah Inggris. Hal ini membuat pemerintah di Angkara memberikan apresiasi yg luar biasa kepada beliau dan diundang untuk menghadiri salah satu rapat parlemen pada tahun 1922.

Meskipun  beliau hidup di tengah-tengah parlemen pemerintahan dan menjadi penasehatnya, serta para penjajah berhasil diusir dari negeri tersebut. Beliau merasa bahwa pengaruh kehidupan Eropa  mulai masuk dan merambat ke seluruh penjuru Anatolia. Pun juga nasehat-nasehat beliau kepada para penguasa parlemen yang semakin jauh dari nilai-nilai islam tak lagi di hiraukan. Akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Van dan mengasingkan diri disana sebagai sarana untuk muhasabah diri seraya menunggu tugas yang akan diberikan taqdir kepadanya. Tidak lama setelah itu meletuslah peristiwa Syaikh Said dan terjadi banyak pertumpahan darah. Namun beliau tetap memilih untuk tidak ikut campur dalam urusan ini dan berkata, “Tidak boleh ada pedang yang diangkat diatas kepala anak-anak bangsa sendiri yang telah mengusung panji Al quran selama bertahun tahun”. Pada tahun 1925 beliau dibawa ke Istanbul dan dari sana beliau di bawa ke Burdur dan Isparta. Lalu untuk menghalangi beliau bertemu dengan masyarakat akhirnya beliau diasingkan ke Desa bernama Barla di Isparta.       

Setelah 8 tahun beliau mengalami pengasingan di Barla, beliau telah berhasil menulis tiga perempat  kumpulan risalah An Nur yang merupakan tafsir dan hakikat Al quran serta sebagian besarnya mengetengahkan masalah keimanan. Beliau juga mengisyaratkan kepada siapa saja yang mau menjadi muridnya dan menulis risalah ini, untuk menuliskanya dengan huruf-huruf Al quran atau bahasa arab. Disamping menulis dan memperbanyak risalah ini, murid-murid risalah An Nur yang berada disekitar Barla dan Isparta menyebarkan risalah ini ke seluruh pelosok Anatolia hingga seakan-akan wilayah itu menjadi sebuah kota madrasah.

Risalah An Nur mulai dikenal banyak orang dan membuat separo dari kalangan masyarakat merasa tidak tenang. Maka pada tahun 1934 pengasingan beliau dipindahkan dari Barla ke Isparta. Setahun setelah itu beliau dituduh mengadakan perkumpulan rahasia untuk menggulingkan kerajaan. Maka pada tahun 1935 beliau dijebloskan lagi kedalam penjara bersama 120 muridnya. Setelah diinterogasi dan tidak terbukti, beliau tetap dihukumi penjara selama 6 bulan dengan tuduhan Risalah Tasattur (tentang menutup aurot). Setelah bebas, beliau diasingkan lagi selama 8 tahun di wilayah Kastamonu pada tahun 1936. 


Pada saat pengasingan 8 tahun ini, Risalah An nur mulai dikirim dan tersebar kembali di Isparta dan Anatolia hingga menembus ke pelosok yang paling dalam. Kelompok kajian beliau pun semakin lama semakin tersebar luas. Orang-orang yang beliau sebut sebagai ‘musuh-musuh agama yang terselubung’ juga tidak bisa menahan diri. Beberapa kali mereka menyerang ke rumah yang beliau singgahi. Beliau dipindahkan dari satu mahkamah ke mahkamah yang lain. Dibuang dari satu daerah ke daerah lain. Beliau juga pernah diracun sebanyak 23 kali. Hanya karena dukungan Allah lah beliau selamat dari pengaruh racun pada setiap percobaan. Kendati banyak tekanan, gerakan dakwah islam tidak bisa terhalangi dan dihalang-halangi.

8 tahun beliau diasingkan. Akhirnya pada tahun 1943 bersama 126 orang muridnya di bawa ke Mahkamah tinggi di Denizli. Setelah diadakan penelitian Risalah An nur oleh para profesor dan ilmuan yang kredibel ternyata telah disepakati bahwa “ Badiuzzaman tidak tidak mempunyai tujuan politik dan Risalah An nur merupakan tafsir Al Quran yang didasarkan pada ilmu dan keimanan”. Setelah itu para muridya dibebaskan sedangkan beliau tetap dalam penjara selama 8 bulan dan tidak diperkenankan menemui muridnya selama itu. Lalu setelah dibebaskan, beliau tinggal di Denizli selam dua bulansebelum akhirnya dipindahkan paksa ke tempat lain, yakni Emirdag pada 20 juli 1944.

Walaupun banyak mengalami tekanan tetapi dakwah Risalah An nur tetap berjalan. Emirdag sempat gempar dengan kehadiran beliau. Walaupun banyak halangan, orang yang mengunjungi beliau tidak pernah putus. Para murid beliau membawa risalah dam beliau mengoreksinya. Walaupun disetiap harinya beliau selalu diawasi oleh polisi dengan penjagaan yang ketat.

Pada tahun 1948 beliau bersama meridnya di tangkap lagi dan dibawa ke Afyon. Tuduhannya masih sama yaitu “ menentang kerajaan dan mengadakan pertemuan politik rahasia ”. Penyidikan berjalan selama 20 bulan dan lagi-lagi mereka dianggap tidak bersalah setelah ada pengajuan banding. Memang aneh, kendati keputusan banding, konon itu hanya untuk memperbaiki kekurangan pemerintah yang menunda nunda proses hukum beberapa lama hingga masanya habis. Setelah itu beliau dan muridnya bebas. Pada saat partai demokrat berkuasa beliau dipaksa tinggal di Ekisehir. Akhirnya Said Nursi pindah ke Isparta dan sibuk bersama murid-muridnya disana.

Kehidupan politik turki mulai kacau pada bulan-bulan pertama 1960. Said Nursi berusaha memperingatkan dan menegur kerajaan dan mewanti-wanti bencana yang akan terjadi. Beliau pergi ke Ankara hingga tiga kali. Setelah itu pada 11 januari ditahun yang sama, Menteri dalam negeri melarang beliau untuk masuk ke Ankara untuk yang ke tiga kalinya dan menyarankan beliau untuk putar balik ke Golbasi. Atas desakan dari Partai Rakyat (Partainya Attaturk), Menteri Dalam Negeri meminta beliau agar menetap di Emirdag. Maka beliau kembali ke Emirdag untuk beberapa lama. Setelah itu beliau pergi ke Isparta. Kemudian pelan tapi pasti, Said Nursi mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang disekitarnya. Dibeberapa nasehat beliau sering berbicara tentang kematian, wasiat dan alam kubur. Juga beliau sampaikan bahwa beliau tengah bersiap siap menuju alam akherat. Sebab tangan-tangan penerus dakwah keimanan dan Al Quran bagi Risalah An nur telah menulisnya. Kondisi kesehatan beliau kian mengkhawatirkan.

Baduzzaman kembali ke rahmatullah pada waktu shubuh hari ke 25 Ramadhan 1379 H, atau bertepan dengan 23 maret 1960. Pada esoknya beliau disholatkan di masjid ‘Urfa oleh jamaah yang memadati masjid. Beliau yang dianggap sebagai imam abad ini di bawa ke Khalilu Rahman, lalu jenazahnya di semayamkan ditempat yang telah dipersiapkan.

Dua bulan sepeninggalan beliau yakni 27 Mei 1960, terjadi kudeta kekuasaan yang menyebabkan kuburan beliau dibongkar kembali pada tanggal 12 Juli 1960. Mereka yang selalu menggangu dan tidak memberikan kesempatan istirahat semasa hidup beliau tetap takut kepadanya walaupun beliau telah meninggal dunia. Dan akhirnya kuburannya dipindahkan ke suatu daerah yang tidak diketahui di Isparta. Wallau a’lam.

0 comments:

Post a Comment