Monday 24 December 2012


Al Quran adalah mukjizat yang diturunkan Allah kepada baginda Muhammad sholallahu alaihi wa salam, di dalamnya penuh dengan pesan ilahi yang menuntun umat manusia menuju kesuksesan yang hakiki. Al Quran sebagai way of life juga telah teruji keotentikannya serta relevansinya sepanjang zaman, hal ini diakui oleh banyak kalangan tak terkecuali orientalis barat, Orientalis sekelas Edward Gibbon menyatakan “Al Quran dipersembahkan sebagai landasan pokok undang-undang dasar, bukan saja sebagai Aqidah tapi juga mencakup hukum pidana dan perdata, begitu pula ia sebagai landasan syariat yang merupakan jalur simpang siurnya kehidupan umat manusia dan tata tertib kegiatannya. ia merupakan undang- undang paripurna dalam hal perdata, perdagangan, kehakiman, pidana dan peperangan”.

Telah kita singung di atas bahwa Al Quran adalah pedoman dalam meniti kesuksesan dunia dan akhirat, akan tetapi pada realitanya banyak di antara kita yang tidak faham akan keagungan Al Quran dan tidak faham rambu rambu yang ada di dalamnya. Untuk itu diperlukan ilmu untuk memahaminya, yang kita kenal dengan Ulumul Quran (ilmu-ilmu Al Quran)


Ada beberapa pembahasan dalam Ulumul Quran. Di antaranya; An Nasikh wal Mansukh, Al Muhkam wal Mutasyabuh, Al Makki wal Madani, Al khos wal Aam, Asbabun Nuzul, Al Qiroat, Al Isroiliyat, I’jazul Quran, Qossosul Quran, Al Munasabat baina ayat wa suwar, Al Mantuq wal Mafhum dll. Selain itu gaya bahasa Al Quran sangatlah menajubkan, enak, menentramkan, dalam dan sarat akan makna. Jadi sungguh tak mengherankan kalau ada orang yang ketika mendengarkan suara Quran meneteskan air mata tampa ia faham akan makna apa yang telah ia dengar.

Al Munasabat baina ayat wa suwar termasuk dalam Ulumul Quran yang sangat urgen, hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh imam Burhanudin Al Biqo’I “ Ilmu munasabat bagaikan ilmu Nahwu dan Al Bayan penting sekali untuk dipelajari dalam memahami Al Quran” diamini pula oleh Imam Baqilani “ Ilmu munasabat sangat penting, dari segi akal bisa diterima”, Sedangkan Imam ibnul Arobi mengatakan “ Ilmu yang sangat bagus, ilmu untuk mengetahui keterkaitan antara ayat satu sama lainnya di dalam Al Quran, agar menjadi kesatuan yang utuh, saling nyambung dalam makna sehinga menjadi kesatuan yang utuh”.

Dalam Lisanul Arob di sebutkan Munasabat Secara bahasa berarti itisol ( saling berkaitan), muqorobah ( saling mendekati), mumatsilah (saling menyerupai) bisa kita konklusikan dengan “sesuatu yang menyerupai satu dengan yang lainnya” sedangkan para Mufasir mendefinisikan ilmu munasabat sebagai ilmu yang mempelajari tentang rahasia-rahasia serta alasan-alasan dalam susunan Al Quran sehinga ada korelasi antara satu ayat atau surat dengan yang lainnya saling berkaitan tak terpisahkan.

Peletak dasar ilmu munasabat ialah Imam Abu Bakar An Nisabury (324 H), kemudian diikuti dan dikembangkan oleh para ulama lainnya, sebut saja; Imam Al Jashos, Imam Abu Bakr Al Baqilani, Imam Fakhruddin Ar Rozi, Imam Jalaluddin As Syuyuthi, Imam Az Zarkasyi, Imam Al Lusi. Ada juga ulama yang menolak Ilmu munasabat, di antaranya; Imam Izuddin Abdussalam, beliau mensyaratkan untuk tidak memaksakan diri mengaitkan satu ayat atau surat dengan yang lainnya dalam Al Quran, sedangkan Imam As Syaukani menolak mutlak, tapi kalau diteliti dalam kitab beliau tafsir Fathul Qodir, beliau membicarakan adanya munasabat.

Faedah mempelajari ilmu munasabat sangatlah banyak. Diantaranya :
  1. Menunjukan salah satu sisi I’jazul Quran dalam susunan kata, kalimat dan makna.
As syeikh Abdullah Darraz menyatakan “Ta’bir( susunan kalimat) dalam Al Quran adalah mukjizat, susunan dan tartibnya adalah mukjizat”.
  1. Membantu memahami makna dan maksud dari nash Al Quran, dengan menelaah Al Quran kita bisa mengetahui dalamnya makna dalam Al Quran serta rahasia kemukjizatannya.
  2. Merasakan betapa indahnya susunan kata-kata dalam Al Quran, apalagi Al Quran turun sesuai dengan kejadian yang sarat akan hikmah. Gothe salah seorang orientalis menyatakan dalam Noten und Abhandlungen “ Gaya bahasa Al Quran sangat sesuai dengan isi dan tujuan-tujuannya, bersifat agung dan mengagumkan, dan dalam beberapa tempat benar-benar sublime”.

Bentuk bentuk munasabat dalam Al Quran sangatlah banyak, di antaranya:
  1. Munasabat antara suatu ayat dengan ayat selanjutnya. Sebagai contoh, dalam surat Al Ghosiyah ayat ke 17 ada korelasi dengan ayat selanjutnya.
  2. Munasabat antar awal surat dengan akhir surat. Contoh dalm surat al Baqoroh ayat ke 3 ada korelasi dengan ayat 285, dalam surat Al Mukminun ayat pertama dengan ayat 117, demikian pula dengan surat shod ayat 1 dengan ayat 87.
  3. Munasabat antara akhir sebuah surat dengan awal surat setelahnya. Contoh dalam surat Al Isro’ ditutup dengan Tahmid sedangkan awal dari surat selanjutnya Al Kahfi diawali dengan Tahmid pula, dalam surat At thur akhir surat mennyebutkan tentang An Nujum dan surat selanjutnya An Najm juga menyebutkan kata An Najm.

Demikianlah sekilas pesona Ilmu Munasabat, sehingga banyak dari kalangan ulama tafsir pada khususnya sangat interes dengan ilmu tersebut, tidak terhenti pada ulama salaf, ulama kontemporer pun banyak yang membahas korelasi antar ayat atau surat dalam Al Quran. Sebut saja syeikh At Thahir bin ‘Asur dalam tafsir beliau Tahrir wa Tanwir, Muhammad Rasyid Ridha, dalam tafsirnya “Al-Manar”, Muhammad Abduh, dalam kitabnya “Tafsir Juz ‘Amma”, Syeikh Muhammad Syalthout, mantan syeikh Al-Azhar dalam kitabnya “Tafsir Al-Quran Al-Karim”. Wallahu ‘alam. 

Oleh : Ahmad Retno

0 comments:

Post a Comment