Saturday 19 September 2015

Generasi Harapan
Album : Kembali..!
Munsyid : Izzatul Islam

Dimana dicari pemuda Kahfi
Terasing demi kebenaran hakiki
Dimana jiwa pasukan Badar berani
Menoreh nama mulia perkasa abadi

Umat melolong di gelap kelam
Tiada pelita penyinar terang
Penunjuk jalan kini membungkam
Lalu kapankah fajar kan datang

Mengapa kau patahkan pedangmu
hingga musuh mamapu membobol betengmu
Menjarah menindas dan menyiksa
Dan kita hanya diam sekedar terpana

Bangkitkan negri lahirkan generasi
Pemuda harapan tumbangkan kedzaliman

Wajah duia Islam kini memburam
Cerahkan dengan darahmu
Panji Islam telah lama terkuali
Menanti bangkit kepalmu

Friday 18 September 2015

Banyak peran luar biasa dan mulia yang dijalankan oleh seorang ibu yang tidak diketahui oleh banyak orang. Salah satunya adalah upaya mereka untuk mengerahkan dan menanamkan nilai-nilai luhur di dalam hati anak-anak mereka dan untuk memelihara kecintaan mereka terhadap agama. Upaya yang kemudian berbuah luar biasa: ulama terkemuka, pemimpin besar, aktivis yang berani, dan warga yang baik.

Usaha tersebut terus berlanjut bahkan setelah anak-anak tumbuh ; dukungan seorang ibu pada saat kesusahan dan dalam menghadapi tantangan hidup memiliki dampak yang sangat besar .
Seorang ibu telah menjadi teladan yang bersinar dalam hal ini; putra beliau, Ahmad yang lebih dikenal dengan Ibnu Taimiyah, adalah satu dari ulama-ulama besar pada zamannya dan merupakan seorang pejuang Islam yang pemberani. Ia memiliki hati yang berani, tak ragu membela keadilan dan kebenaran di hadapan para penguasa meskipun penjara menjadi bayarannya.

Berikut ini adalah surat-surat antara Ibnu Taimiyah rahimahullah dan ibunda beliau yang menjadi bukti betapa sang Ibu telah memetik jerih payahnya. Surat yang dikirim Ibnu Taimiyah kepada ibundanya berisi permohonan maaf karena telah tinggal jauh dari sang bunda, di Mesir, untuk menyebarkan ilmu dan  mendidik masyarakat yang beliau berpendapat sebagai kewajiban yang tak terhindarkan. Surat itu sampai kepada sang Ibunda, tetapi yang lebih indah adalah surat balasan dari sang ibunda kepadanya.

Alhamdulillah, kita telah memasuki bulan Dzulhijjah 1436 H, yang merupakan Syahr al-Hurum [bulan suci]. Bulan yang dimuliakan, dimana kebaikan yang dilakukan di dalamnya dilipatgandakan oleh Allah, begitu juga sebaliknya.

KH. Hafidz Abdurrahman dalam tulisannya menjelaskan tentang kemuliaan bulan dzulhijjah sebagai salah satu dari bulan haram. Apa saja yang membuat bulan ini mulia, berikut pembahasannya:
Allah SWT telah menyebut dalam satu tahun, ada empat bulan haram [suci]. Ini ditegaskan dalam firman-Nya:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ [سورة التوبة: 36]
Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah SWT ada dua belas bulan dalam catatan Allah pada hari, ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram [suci]. Itulah agama yang lurus. Maka, janganlah kalian menzalimi diri kalian di bulan-bulan itu.” [Q.s. at-Taubah: 36]

Para ulama’ ahli tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan bulan-bulan suci di dalam Q.s. at-Taubah: 36 ini adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Itulah empat bulan haram [suci] yang dimaksud oleh Allah SWT. Maksud ayat di atas telah dijelaskan sendiri oleh Nabi saw: