Male Hostel of IIUI Pakistan
The New hostel of International Islamic University Islamabad which placed beside of campus, which is build in 2000 ,include four blocks which names hostel umar bin khottob, hostel usman bin affan, hostel ali bin abi tholib and hostel abu bakar assiddiq
one sides while trip to naran kaghan
once of time we took a rest during our journey goes to naran and kaghan which is placed in kyber pakhtun khwa province under karakoram montain, there was a wonderfull places that we were visited
IKAAI Pakistan
Ikatan Keluarga Alumni Al-Mu'min dan Isy Karima, our motto is eratkan ukhuwah, perdalam ilmiyah, perbanyak amaliyah, gapai hidayah, masuk jannah
Thursday 30 August 2012
03:57
Unknown
Raja terbaik kaum Muslimin
“Aku tidak melihat kecuali kebaikan dan tidak terdengar pula kecuali
kebaikan”
(Umar
Bin Khotob)
Study Sejarah peradaban islam tidak akan
lengkap tanpa menelaah jejak para Khalifah dan lika-liku kekhilafahan umat
islam dari masa ke masa, baik itu dari
kholifah Ar-Rasyidah yang penuh dengan futuhat islamiyah, khilafah
Umawiyyah yang mulai berbenah dalam administrasi kenegaraan, Abbasiyah
yang mashur dengan perkembangnya
keilmuan, sastra dan arsitektur, dinasti Saljuk yang di kenal kuat militernya,
Fatimiyah di mesir, daulah Umawiyyah di dataran benua Eropa tepatnya di
Andalusia dengan masa keemasanya yang meninggalkan masjid Qordoba dan kota Az
Zahra, kesultanan Mogul di India yang meninggalkan salah satu karya arsitektur
super indah dan tercatat sebagai salah satu “The seven Wonders of the World”,
Tajmahal serta kekhilafahan Turki Ustmani yang di kenal dengan pasukan elitnya
“Jenissari” mampu bertahan hingga awal
abad 19.
Berbicara masalah sejarah kita tidak terlepas
dari para tokoh pelaku sejarah tersebut yang memenuhi catatan-catatan para
Muarikh atau para sejarawan sehingga tak pelak kalau catatan mereka sampai berjilid-jilid
sebut saja Imam At-Thobari penulis dari
kitab At-Tarikh At Thobari, Ibnu Katsir yang melahirkan kitab Al Bidayah Wa An
Nihayah 14 jilid, Ibnu Khaldun dengan kitab “Muqadimah li Ibn Khaldun”.
Siapakah beliau
?
Salah satu
tokoh yang berpengaruh dalam peradaban Islam ialah Muawiyah bin Abu Shafyan Radhiallahu
‘Anhu, salah seorang sahabat mulia yang mendapatkan doa dari Rosulullah sholallau
alaihi wa salam sebagaimana diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dari
jalur Abdurrahman bin Abi Umairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa salam berkata kepada Muawiyah “Allahumajalhu haadiyan mahdiiyan wa
ahdzi bihi” Al Bani menyatakan bahwa hadis ini shahih.
Para sejarawan sepakat bahwa beliaulah sang
pendiri kekhilafahan Umawiyyah dengan Damaskus sebagai ibu kotanya. Pembahasan
mengenai beliau penuh pro dan kontra, tidak sedikit yang memuji dan tidak
terbilang pula yang mencerca, terutama ketika dan setelah terjadinya fitnah
sampai terbunuhnya Ustman bin Affan dan puncaknya dengan meletusnya perang
Sifin antara Ali bin Abi Tholib dan Muawiyah bin Abi sofyan. Untuk lebih jelas
mengenai perang Sifin bisa merujuk pada kitab “Waqoatu Sifin” yg ditulis oleh
syeikh Ibnu Mazaakhim Al Munqirii.
Beliau lahir di mekah 15 tahun sebelum
hijrahnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, terlahir dari keluarga
bangsawan, ayahnya ialah Abu Sofyan salah seorang pemimpin Qurais, ibunya
Hindun Binti Utbah. Beliau masuk islam pada tahun 8 H di hari penaklukan Mekah.
ada pula sebagian pakar sejarah yang
mengatakan 7 hijriah. Beliau ikut pada peperangan Hunain bersama Rasulullah Shalallau
‘alaihi wa salam dan para sahabat radhiallahu ‘anhum. Beliau juga
termasuk “Mualafatu Qulubuhum”, maka tidak heran klo beliau diberi 40 uqiyah
dan 100 ekor unta dari ghanimah perang Hunain. sebagai mana yang di sebutkan
oleh Safi’urrohman Mubarok Furri dalam kitabnya “Rokhiqu Al Makhtum”.
Amir Syam
Imam Syuyuti dalam kitabnya “Tarikh Al Khulafa”
mengatakan “ ketika Abu Bakar As-Shidiq mengirim pasukan ke Syam, Muawiyah ikut
serta bersama saudaranya Yazid bin Abu Shafyan yang menjadi amir. Ketika Yazid
meninggal Muawiyah menjadi Gubernur
Damaskus mengantikan saudaranya, Yazid bin Abi Shafyan. Kemudian
ditetapkan kembali pada zaman Umar bin Khattab dan pada zamannya Ustman beliau
di angkat menjadi gubernur seluruh wilayah Syam” beliau menjabat sebagai
gubernur wilayah Syam selama 20 tahun.
Pada tahun 35 hijriah terjadi hal yang
membelalakan mata setiap muslim, mendung kesedihan menyelimuti Madinah dan
seluruh wilayah islam pada waktu itu dengan terbunuhnya Ustman bin Affan.
kholifah Ar-Rasyidah ketiga, Dzu Nuroin dan pemberi bekal Jaisy Al Usrah.
Beliau syahid di bunuh oleh sekelompok pemberontak yang tidak suka pada Utsman
secara khusus dan tidak suka dengan persatuan dan kemajuan kaum muslimin pada
saat itu. Kemudian kaum muslimin sepakat untuk membaiat Ali bin Abi tholib
sebagai kholifah ke empat.
Ali bin Abi tholib menjabat sebagai khalifah
pada saat yang amat sulit, di satu sisi beliau ingin memperbaiki stabilitas
daulah, sedangkan di sisi lain banyak pihak yang menuntut balas atas kematian
Utsman bin Affan termasuk ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha dan Muawiyah
bin Abi Shafyan yang tergolong kerabat dekatnya. Pada 21 Romadhon tahun 40
hijriah Abdurrohman Bin Muljam menikam Ali bin Abi Tholib di jalan ketika
beliau hendak pulang dari sholat subuh dengan pedang beracun sehingga beliau
meninggal tiga hari setelah peristiwa tersebut. Kemudian Al Hasan bin Ali Bin
Abi Tholib naik menjadi kholifah, tapi tidak seluruh kaum muslimin membaiatnya
khususnya penduduk Syam. Demi menjaga keutuhan umat dan menghindari pertumpahan darah kaum
muslimin maka Al Hasan bin Ali bin Abi Tholib turun dari jabatan kholifah dan
menyerahkanya kepada Muawiyah bin Abi Sofyan.
Lebih lanjut, Imam Asy-Syuyuthi mengatakan
bahwa Muawiyah bin Abi Shafyan naik sebagai kholifah pada bulan Rabi’ul Akhir, ada
juga yang mengatakan bulan Jumadil Ulaa tahun 41 hijriah, sejarah
mencatat, tahun tersebut dinamakan
dengan “Ammul Jama’ah” atau tahun persatuan. Bersatunya kaum muslimin dibawah
kholifah Muawiyah bin Abi Sofyan. Hal senada juga di sampaikan oleh Ibnu
Al-Atsiir dalam kitab beliau “Asadul Ghabah” dengan menambahkan “ Muawiyah
menjabat sebagai amir 20 tahun dan kholifah 20 tahun”.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal, dari
jalur Al Irbadh bin Sariah bahwasanya dia mendengar Rosulullah sholallau alaihi
wa salam berdoa “ yaa Allah ajarilah Muawiyah menulis dan berhitung, dan
lindungilah ia dari azab” dari berkah doa tersebut maka Muawiyah masyhur
sebagai orang yang cerdas. Meneliti lebih jauh maka akan kita dapati kecerdasan
beliau akan tampak ketika beliau menerapkan strategi politik. Baik dalam kancah perpolitankan dalam negri muapun
luar negri yang berhadapan langsung dengan imperium Romawi dan Persi.
Beberapa hal yang dicapai muawiyah ketika
menjabat sebagai kholifah, di antaranya :
1.
Beliau orang
pertama yang Membangun armada angkatan laut islam.
2.
Menaklukan
(membuka) beberapa negri, Asia kecil,
Akhwas, Maghrib Al Adnaa( Tunisia) dll.
3.
Mendirikan
detasemen keamanan: 1. Al hajib ( Pasukan pamong praja), 2. Al Khiros ( security
guard), 4. Mendirikan badan inteljen daulah.
4.
Mendirikan markaz khotam ( segel/ stempel)
dll.
Beliau meninggal dunia di usia 78 di Damaskus,
pada bulan Rajab tahun 60 hijriah setelah menjadikan putranya , Yazid bin
Muawiyah sebagai wilayatul Ahd (colon penerus). Akibatnya banyak kalangan
sahabat yang tidak setuju karena ini termasuk hal yang baru dalam islam yang
sebelumnya memakai system syuura. Tapi, melihat keadaan saat itu yang sangat
berpotensi menimbulkan fitnah maka Muawiyah berijtihat untuk mengambil
wilayatul ahd. Banyak ulama dan pakar sejarah yang sepakat dengan keputusannya,
sebut saja Ibnu Taimiyah dalam kitab “Minhaju As Sunah”, Dr Muhammad Ahmad
Muhammad, ketua jurusan sejarah islam di Al Azhar juga mengamini ijtihat
Muawiyah.
Fenomena yang
ada
Sejauh pengamatan penulis, banyak kita dapati
kaum muslimin yang menamai putra dan putri mereka dengan nama-nama para
sahabat. Ada yang namanya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Amru, Hasan, Husain,
Aisyah, Fatimah, Shofiyah. Tapi sangat jarang,
bahkan penulis belum pernah mendapati saudara, teman atau kenalan yang
bernama Muawiyah. Mungkin faktor kebodohan akan sejarah dan stigma negative
tentang beliau telah menjamur dan mengakar di sebagian kaum muslimin khususnya
kaum syi’ah.
Pendapat para
sahabat dan ulama mengenai beliau
Selain mendapatkan doa dari Rasulullah Shalallau
‘alaihi wa salam, banyak pemuka sahabat dan ulama salaf yang berpendapat
baik terhadap beliau. Tentu hal ini sudah lebih dari cukup untuk mematahkan
syubhat-syubhat yang di lontarkan oleh orang-orang jahil dan kaum Syi’ah yang
tidak senang terhadab beliau.
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata :
aku tidak melihat seorang-pun yang lebih cakap setelah Rosulullah sholallau
alaihi wa salam dari Muawiyah, Sa’ad Bin Abi Waqas berpendapat : aku tidak
melihat seorangpun yang lebih berhak dalam urusan ini ( kekhilafahan), kecuali
Muawiyah.
Ibnu Mubarak pernah ditanya mana yang lebih
afdhal antara Muawiyah Bin Abi Syofyan dan Umar bin Abdul Aziz? Beliau menjawab
: sesunggungnya debu yang menempel pada lubang hidung Muawiyah ketika bersama
dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam lebih afdhal dari Umar Bin
Abdul Aziz.
Ibnu Taimiyah berkata mengenai Muawiyah : tidak
ada Raja dari kaum muslimin yang lebih baik dari Muawiyah. Ibnu Toba-Toba,
salah seorang sejarawan syi’ah juga berkomentar baik mengenai beliau. Lihat
dalam kitabnya “Al Fakh fii Al adaabi As Sultoniyah”
Semoga dengan tulisan ini bisa menambah wacana
ilmiyah kita dan merubah cara pandang kita terhadap pribadi Muawiyah bin Abi
Sofyan, penulis sadar, sebagai manusia
beliau juga punya banyak kekurangan dan kesalahan. Tapi berlebihan dalam
menyalahkan bahkan mengolok-oloknya adalah hal yang tidak patut di lakukan oleh
seorang Muslim.
Wallahu a’lam
bis showab.
Sumber :
1.
Tarikh Khulafa
karya Imam Asy Syuyuti
2.
Asadul Ghobah
karya Ibnu Al Atsiir.
3.
Mukhadhorootu
fii tarikh Ad Daulatain Al Ummawi wa Al Abbasi, karya Dr Muhammad Ahmad
Muhammad.
4.
Sunan At
Tirmidzi, karya imam At Tirmidzi.
5.
Wikipedia.com
6.
Al Bidayah Wa
An Nihayah, karya Ibnu Katsir.
7.
Ad Daulah Al
Ummawiyah, karya Asy Sya’labi.
8.
Rakhiqul Al
Makhtum, karya Shafi’urrohman Mubarok Furri.
Kuwait hostel,
Islamabad
15-3-2012.
Monday 6 August 2012
13:43
Unknown
Kurang lebih
sudah satu bulan iedul adha 1432 baru saja berlalu, tak terasa sudah iedul adha
yang ketiga penulis di negri kelahiran Alamah Iqbal, Pakistan. Secara history
perayaan kurban bermula pada saat Nabi Ibrohim ‘alaihi salam
bermimpi diperintah oleh Allah subhanahu
wa ta’alaa untuk menyembelih putra beliau, Ismail. hal ini terukir indah
dalam Quran yang akan kekal sampai hari kiamat kelak.
Iedul Adha di
negri Ali Jinnah
Ada banyak hal
yang mengesankan dalam perayaan iedul adha tahun ini, khususnya kita sebagai mahasiswa asing di
Pakistan yang berjumlah 43 mahasiswa, seperti tahun-tahun sebelumnya banyak
agenda dari PPMI ( persatuan pelajar dan mahasiswa Indonesia) dalam merayakan
iedul adha, dimulai dengan sholat iedul adha di KBRI Islamabad dan sebagian di
Faisal Mosque kemudian di lanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban, 1 ekor
sapi di belakang hostel 4, acara pun di meriahkan oleh semua masyarakat PPMI
dengan saling gotong royong mengarap si
Korban, ada yang bagian menguliti, bagian potong-memotong daging, ada juga yang
mendistribusikan kepada yang berhak, yang mengesankan, ada salah seorang ikhwah
yang dengan suka rela bahkan menawarkan diri untuk mengurus jeroaan…. Subhanallah,
semuanya bekerja dengan semangat kebersamaan, akhirnya tiba pada acara
pamungkas NB alias “Nyate bareng”. Tampaknya selama penulis di Pakistan, Iedul
adha tak sempurna tampa nyate bersama.
Ada beberapa
yayasan yang membagikan daging kurban kepada mahasiswa asing, sebut saja
Robithol Alam Islami, khubaib foundation yayasan kemanusian dari turki yang
menginduk ke HII, pelajar Indonesia juga dapat jatah dari KBRI Islamabad, wal
hasil kulkas mahasiswa yang jarang isi pun jadi penuh sesak.
Momen iedul adha
bagi penulis merupakan momen hiburan setelah penat bergelut dengan berbagai
aktifitas kuliah dan seabreg kesibukan yang datang silih berganti tampa henti,
itulah kehidupan. lewat tulisan ini penulis ingin melanjutkan tulisan mengenai
kuliah di international Islamic university, Islamabad yang di publis pada sabtu
27 nevember 2010, Mudah-mudahan bisa
menjadi refrensi bagi antum/antun yang ingin kuliah di Pakistan.
Kuliah di
Pakistan tidaklah semudah membalikan
tangan dan tidak pula sesusah yang kita bayangkan. Setelah anda mengirim
dokumen/ persyaratan kepada teman anda di Pakistan. Anda tinggal menunggu tiga
surat : Pertama Admission letter yang di keluarkan oleh IIUI, kedua HEC ( High
Education commition) dari department pendidikan Pakistan dan yang terakhir NOC/
Colling Visa dari kementrian dalam negri Pakistan. Surat pertama dan kedua akan
keluar dua sampai empat minggu setelah pendaftaran, sedangkan NOC calon
mahasiswa harus mengapply dulu ke pakistan embassy di Jakarta dengan membawa
document: 1) admission letter, 2) HEC, 3) ijazah asli dan terjemahannya, 4) foto
(ukuran paspor) 5) paspor 6) student sheet. Semua berkas di copy 2 sampai 5 copy
tergantung permintaan petugas.
Masa masa
penantian
Dalam kehidupan
ini penuh dengan penantian, ada yang menantikan buah hatinya lahir, menantikan
anaknya tumbuh besar, menantikan selesai study, menantikan pangilan pekerjaan,
menantikan datangnya pendamping hidup and absolutely kita semua menantikan malaikat
maut datang menjemput. Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, study di
paksitan susah-susah mudah, Insya Allah anda semua akan di terima di IIUI tapi,
keberangkatan antum tergantung dengan keluarnya surat NOC dari ministry of
interior yang paling cepat keluar dalam waktu 3 bulan setelah mengepply di
embassy Pakistan jakarta, atau terlambat sampai 6 bulan bahkan 1 tahun, pahit
pahitnya anda tidak jadi berangkat karena tidak adanya kejelasan keluarnya NOC
dan di masa penantian anda kurang bersabar mendapatkan visa atau memang Allah
berkehendak lain yang mungkin itu baik buat anda. Saran kami untuk
menghilangkan kebosanan dalam masa penantian, anda bisa memanfaatkanya untuk
kursus Bahasa Ingris atau Arab, bisa juga di gunakan untuk Tahfid, tapi yang paling
urgen dan sebagai bekal anda di Pakistan ialah bahasa inggris, mengingat bahasa
national kedua ialah bahasa inggris.
Harapan berbeda
dengan kenyataan
Ketika penulis
masih di Indonesia, terbayang kehidupan dan iklim study di luar negri terkesan
mudah, teratur dan gampang mencari materi untuk menambah bekal kehidupan
sehari-hari. mungkin kita tidak sedikit mendengar cerita dari teman, ustad atau
kenalan yang pernah mengenyam pendidikan di timur tengah sejalan dengan
bayangan penulis tadi. Tapi kenyataan mengatakan sebaliknya. Sebagai contoh :
1.
Menegement kampus yang kurang
professional
“Memang di
Negara-negara arab menegement kampus kurang teratur” itulah salah satu kalimat
salah seorang ikhwan ketika beliau menceritakan pengalaman study di Sudan. Ada
juga teman s2 lulusan Al Azhar mengamini hal tersebut. Yang jelas penulis tidak
tahu persis apakah statement di atas benar atau tidak. Tapi, penulis mengalami
sendiri kalau menegement IIUI kurang teratur. contoh: ketika awal semester
sudah di mulai, jadwal dan para dosen sering berubah-ubah bahkan sampai 1-2
bulan baru perkuliahan berjalan normal.
2.
Air dan pemadaman listrik bergilir
Pakistan
merupakan salah satu Negara yang memiliki empat musim. Musim gugur, musim
panas, musim dingin dan musim semi. Ketika musim panas datang terasa sekali kesulitan
dan kesukaran yang dialami WNI yang ada di Pakistan. terkhusus kita para
pencari ilmu yang hidup di asrama-asrama kampus yang sering kali kehabisan air
dan padamnya listrik. Anda akan sangat tersiksa, ketika anda sedang tidur malam
tiba-tiba listrik padam. lampu mati, kipas angin mati. wal hasil kamar anda seolah menjadi oven .
Silahkan anda bayangkan sendiri!
3.
Tidak ada beasiswa
Hampir seluruh pelajar atau
mahasiswa menginginkan beasiswa baik itu full atau pun tidak, sebagaimana Jami’ah
Islamiah Madinah yang memberikan beasiswa full kepada mahasiswanya, sehingga
mahasiswa tinggal fokus untuk study tampa memikirkan uang spp, buku dan biaya
kehidupan sehari-hari. Ada juga yang uang perkuliahan/spp gratis sebagaimana Al
Azhar yang bebas uang kuliah tapi biaya buku dan living cost ditanggung sendiri
tapi di kairo anda sangat mudah mendapatkan yayasan yang memberikan beasiswa,
hal ini sangat berlawanan dengan Islamabad. Wal hasil “biayasiswa” jadi
aternatif dengan segala potensi dan keterbatasan fasilitas mereka berkarya.
Tiga hal di
atas yang penulis anggap paling banyak di keluhkan dan dipermasalahkan para
ikhwah, mudah-mudahan tiga point tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi
anda yang tertarik kuliah di international Islamic university, Islamabad. tapi
penulis sendiri sudah terbiasa untuk tidak mempermasalahkan
masalah, supaya tidak menjadi orang yang bermasalah malah justru menikmati
masalah. bukankah sudah menjadi tuntutan bagi seorang Mukmin untuk bersyukur
ketika mendapatkan kenikmatan dan bersabar ketika di timpa kesulitan.
Wallahu ‘alam
bis showab.
by: Ahmad Retno
Friday 3 August 2012
02:31
Unknown
Manusia itu selalu diuji Allah dengan kesusahan atau nikmat yang silih
berganti. Apa saja pergolakan dan perubahan yang berlaku dalam hidup manusia
ini hanya mempunyai dua sifat atau dua bentuk. Ujian kesusahan atau ujian
kenikmatan. Atas kedua-dua bentuk ujian ini, hati perlu menerimanya dengan
betul, yaitu bersabar apabila menerima kesusahan dan bersyukur apabila
dikaruniakan nikmat.
Bersabar itu lebih susah dan lebih berat karena hati melalui kesusahan,
keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketegangan jiwa
terganggu. kebahagiaan hilang.
Bersyukur nampaknya lebih senang dan mudah karena hati manusia berada
dalam keadaan tenang dan gembira, tida ada tekanan atau penderitaan.
Hakekatnya tidak demikian. Allah memberitahukan orang-orang bersyukur
itu sedikit sekali bilangannya.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang
bersyukur.” (QS.Saba’[34]:13).
Syukur yang bernar itu syukur yang diucapkan oleh lisan, yang dirasakan
atau dibenarkan di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di
samping mengucapkan “Alhamdulillah” dan di samping merasakan di hati bahwa
Allah lah yang mengaruniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan atau
dikorbankan ke jalan Allah.
Kalau kaya, kekayaan itu perlu digunakan ke jalan Allah untuk membantu
fakir miskin, untuk jihad fi sabillah dan untuk kemaslahatan umat Islam
keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain.
Semuanya perlu dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keridhaan-Nya.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.”
(QS. Ibrahim[14]:7).
Syukur seperti ini yang Allah suka dan yang Allah kehendaki. Dia akan
tambah lagi nikmat-Nya, untuk mengganti apa yang dikorbankan e jalan Allah itu.
Dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya yaitu
menggunakan dan mengorbankan segala nikmat yang Allah karuniakan itu ke jalan
Allah. Nikmat Allah itu perlu diurus dan digunakan pada jalan yang betul.
Dalam bersabar, tidak ada kerja atau tanggungjawab tambahan selain dari
menahan perasaan. Apa yang perlu hanyalah mengaja dan mendidik hati supaya
dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.
Kenapa Allah berfirman bahwa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang mau
bersyukur karena bersyukur itu sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah.
Bersyukur itu lebih berat daripada bersabar.
Subscribe to:
Posts (Atom)