Kurang lebih
sudah satu bulan iedul adha 1432 baru saja berlalu, tak terasa sudah iedul adha
yang ketiga penulis di negri kelahiran Alamah Iqbal, Pakistan. Secara history
perayaan kurban bermula pada saat Nabi Ibrohim ‘alaihi salam
bermimpi diperintah oleh Allah subhanahu
wa ta’alaa untuk menyembelih putra beliau, Ismail. hal ini terukir indah
dalam Quran yang akan kekal sampai hari kiamat kelak.
Iedul Adha di
negri Ali Jinnah
Ada banyak hal
yang mengesankan dalam perayaan iedul adha tahun ini, khususnya kita sebagai mahasiswa asing di
Pakistan yang berjumlah 43 mahasiswa, seperti tahun-tahun sebelumnya banyak
agenda dari PPMI ( persatuan pelajar dan mahasiswa Indonesia) dalam merayakan
iedul adha, dimulai dengan sholat iedul adha di KBRI Islamabad dan sebagian di
Faisal Mosque kemudian di lanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban, 1 ekor
sapi di belakang hostel 4, acara pun di meriahkan oleh semua masyarakat PPMI
dengan saling gotong royong mengarap si
Korban, ada yang bagian menguliti, bagian potong-memotong daging, ada juga yang
mendistribusikan kepada yang berhak, yang mengesankan, ada salah seorang ikhwah
yang dengan suka rela bahkan menawarkan diri untuk mengurus jeroaan…. Subhanallah,
semuanya bekerja dengan semangat kebersamaan, akhirnya tiba pada acara
pamungkas NB alias “Nyate bareng”. Tampaknya selama penulis di Pakistan, Iedul
adha tak sempurna tampa nyate bersama.
Ada beberapa
yayasan yang membagikan daging kurban kepada mahasiswa asing, sebut saja
Robithol Alam Islami, khubaib foundation yayasan kemanusian dari turki yang
menginduk ke HII, pelajar Indonesia juga dapat jatah dari KBRI Islamabad, wal
hasil kulkas mahasiswa yang jarang isi pun jadi penuh sesak.
Momen iedul adha
bagi penulis merupakan momen hiburan setelah penat bergelut dengan berbagai
aktifitas kuliah dan seabreg kesibukan yang datang silih berganti tampa henti,
itulah kehidupan. lewat tulisan ini penulis ingin melanjutkan tulisan mengenai
kuliah di international Islamic university, Islamabad yang di publis pada sabtu
27 nevember 2010, Mudah-mudahan bisa
menjadi refrensi bagi antum/antun yang ingin kuliah di Pakistan.
Kuliah di
Pakistan tidaklah semudah membalikan
tangan dan tidak pula sesusah yang kita bayangkan. Setelah anda mengirim
dokumen/ persyaratan kepada teman anda di Pakistan. Anda tinggal menunggu tiga
surat : Pertama Admission letter yang di keluarkan oleh IIUI, kedua HEC ( High
Education commition) dari department pendidikan Pakistan dan yang terakhir NOC/
Colling Visa dari kementrian dalam negri Pakistan. Surat pertama dan kedua akan
keluar dua sampai empat minggu setelah pendaftaran, sedangkan NOC calon
mahasiswa harus mengapply dulu ke pakistan embassy di Jakarta dengan membawa
document: 1) admission letter, 2) HEC, 3) ijazah asli dan terjemahannya, 4) foto
(ukuran paspor) 5) paspor 6) student sheet. Semua berkas di copy 2 sampai 5 copy
tergantung permintaan petugas.
Masa masa
penantian
Dalam kehidupan
ini penuh dengan penantian, ada yang menantikan buah hatinya lahir, menantikan
anaknya tumbuh besar, menantikan selesai study, menantikan pangilan pekerjaan,
menantikan datangnya pendamping hidup and absolutely kita semua menantikan malaikat
maut datang menjemput. Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, study di
paksitan susah-susah mudah, Insya Allah anda semua akan di terima di IIUI tapi,
keberangkatan antum tergantung dengan keluarnya surat NOC dari ministry of
interior yang paling cepat keluar dalam waktu 3 bulan setelah mengepply di
embassy Pakistan jakarta, atau terlambat sampai 6 bulan bahkan 1 tahun, pahit
pahitnya anda tidak jadi berangkat karena tidak adanya kejelasan keluarnya NOC
dan di masa penantian anda kurang bersabar mendapatkan visa atau memang Allah
berkehendak lain yang mungkin itu baik buat anda. Saran kami untuk
menghilangkan kebosanan dalam masa penantian, anda bisa memanfaatkanya untuk
kursus Bahasa Ingris atau Arab, bisa juga di gunakan untuk Tahfid, tapi yang paling
urgen dan sebagai bekal anda di Pakistan ialah bahasa inggris, mengingat bahasa
national kedua ialah bahasa inggris.
Harapan berbeda
dengan kenyataan
Ketika penulis
masih di Indonesia, terbayang kehidupan dan iklim study di luar negri terkesan
mudah, teratur dan gampang mencari materi untuk menambah bekal kehidupan
sehari-hari. mungkin kita tidak sedikit mendengar cerita dari teman, ustad atau
kenalan yang pernah mengenyam pendidikan di timur tengah sejalan dengan
bayangan penulis tadi. Tapi kenyataan mengatakan sebaliknya. Sebagai contoh :
1.
Menegement kampus yang kurang
professional
“Memang di
Negara-negara arab menegement kampus kurang teratur” itulah salah satu kalimat
salah seorang ikhwan ketika beliau menceritakan pengalaman study di Sudan. Ada
juga teman s2 lulusan Al Azhar mengamini hal tersebut. Yang jelas penulis tidak
tahu persis apakah statement di atas benar atau tidak. Tapi, penulis mengalami
sendiri kalau menegement IIUI kurang teratur. contoh: ketika awal semester
sudah di mulai, jadwal dan para dosen sering berubah-ubah bahkan sampai 1-2
bulan baru perkuliahan berjalan normal.
2.
Air dan pemadaman listrik bergilir
Pakistan
merupakan salah satu Negara yang memiliki empat musim. Musim gugur, musim
panas, musim dingin dan musim semi. Ketika musim panas datang terasa sekali kesulitan
dan kesukaran yang dialami WNI yang ada di Pakistan. terkhusus kita para
pencari ilmu yang hidup di asrama-asrama kampus yang sering kali kehabisan air
dan padamnya listrik. Anda akan sangat tersiksa, ketika anda sedang tidur malam
tiba-tiba listrik padam. lampu mati, kipas angin mati. wal hasil kamar anda seolah menjadi oven .
Silahkan anda bayangkan sendiri!
3.
Tidak ada beasiswa
Hampir seluruh pelajar atau
mahasiswa menginginkan beasiswa baik itu full atau pun tidak, sebagaimana Jami’ah
Islamiah Madinah yang memberikan beasiswa full kepada mahasiswanya, sehingga
mahasiswa tinggal fokus untuk study tampa memikirkan uang spp, buku dan biaya
kehidupan sehari-hari. Ada juga yang uang perkuliahan/spp gratis sebagaimana Al
Azhar yang bebas uang kuliah tapi biaya buku dan living cost ditanggung sendiri
tapi di kairo anda sangat mudah mendapatkan yayasan yang memberikan beasiswa,
hal ini sangat berlawanan dengan Islamabad. Wal hasil “biayasiswa” jadi
aternatif dengan segala potensi dan keterbatasan fasilitas mereka berkarya.
Tiga hal di
atas yang penulis anggap paling banyak di keluhkan dan dipermasalahkan para
ikhwah, mudah-mudahan tiga point tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi
anda yang tertarik kuliah di international Islamic university, Islamabad. tapi
penulis sendiri sudah terbiasa untuk tidak mempermasalahkan
masalah, supaya tidak menjadi orang yang bermasalah malah justru menikmati
masalah. bukankah sudah menjadi tuntutan bagi seorang Mukmin untuk bersyukur
ketika mendapatkan kenikmatan dan bersabar ketika di timpa kesulitan.
Wallahu ‘alam
bis showab.
by: Ahmad Retno
0 comments:
Post a Comment