Monday 6 August 2012


Kurang lebih sudah satu bulan iedul adha 1432 baru saja berlalu, tak terasa sudah iedul adha yang ketiga penulis di negri kelahiran Alamah Iqbal, Pakistan. Secara history perayaan kurban bermula pada saat Nabi Ibrohim ‘alaihi salam bermimpi  diperintah oleh Allah subhanahu wa ta’alaa untuk menyembelih putra beliau, Ismail. hal ini terukir indah dalam Quran yang akan kekal sampai hari kiamat kelak.
Iedul Adha di negri Ali Jinnah
Ada banyak hal yang mengesankan dalam perayaan iedul adha tahun  ini, khususnya kita sebagai mahasiswa asing di Pakistan yang berjumlah 43 mahasiswa, seperti tahun-tahun sebelumnya banyak agenda dari PPMI ( persatuan pelajar dan mahasiswa Indonesia) dalam merayakan iedul adha, dimulai dengan sholat iedul adha di KBRI Islamabad dan sebagian di Faisal Mosque kemudian di lanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban, 1 ekor sapi di belakang hostel 4, acara pun di meriahkan oleh semua masyarakat PPMI dengan  saling gotong royong mengarap si Korban, ada yang bagian menguliti, bagian potong-memotong daging, ada juga yang mendistribusikan kepada yang berhak, yang mengesankan, ada salah seorang ikhwah yang dengan suka rela bahkan menawarkan diri untuk mengurus jeroaan…. Subhanallah, semuanya bekerja dengan semangat kebersamaan, akhirnya tiba pada acara pamungkas NB alias “Nyate bareng”. Tampaknya selama penulis di Pakistan, Iedul adha tak sempurna tampa nyate bersama.
Ada beberapa yayasan yang membagikan daging kurban kepada mahasiswa asing, sebut saja Robithol Alam Islami, khubaib foundation yayasan kemanusian dari turki yang menginduk ke HII, pelajar Indonesia juga dapat jatah dari KBRI Islamabad, wal hasil kulkas mahasiswa yang jarang isi pun jadi penuh sesak.
Momen iedul adha bagi penulis merupakan momen hiburan setelah penat bergelut dengan berbagai aktifitas kuliah dan seabreg kesibukan yang datang silih berganti tampa henti, itulah kehidupan. lewat tulisan ini penulis ingin melanjutkan tulisan mengenai kuliah di international Islamic university, Islamabad yang di publis pada sabtu 27 nevember 2010,  Mudah-mudahan bisa menjadi refrensi bagi antum/antun yang ingin kuliah di Pakistan.
Kuliah di Pakistan  tidaklah semudah membalikan tangan dan tidak pula sesusah yang kita bayangkan. Setelah anda mengirim dokumen/ persyaratan kepada teman anda di Pakistan. Anda tinggal menunggu tiga surat : Pertama Admission letter yang di keluarkan oleh IIUI, kedua HEC ( High Education commition) dari department pendidikan Pakistan dan yang terakhir NOC/ Colling Visa dari kementrian dalam negri Pakistan. Surat pertama dan kedua akan keluar dua sampai empat minggu setelah pendaftaran, sedangkan NOC calon mahasiswa harus mengapply dulu ke pakistan embassy di Jakarta dengan membawa document: 1) admission letter, 2) HEC, 3) ijazah asli dan terjemahannya, 4) foto (ukuran paspor) 5) paspor 6) student sheet. Semua berkas di copy 2 sampai 5 copy tergantung permintaan petugas.
Masa masa penantian
Dalam kehidupan ini penuh dengan penantian, ada yang menantikan buah hatinya lahir, menantikan anaknya tumbuh besar, menantikan selesai study, menantikan pangilan pekerjaan, menantikan datangnya pendamping hidup and absolutely kita semua menantikan malaikat maut datang menjemput. Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, study di paksitan susah-susah mudah, Insya Allah anda semua akan di terima di IIUI tapi, keberangkatan antum tergantung dengan keluarnya surat NOC dari ministry of interior yang paling cepat keluar dalam waktu 3 bulan setelah mengepply di embassy Pakistan jakarta, atau terlambat sampai 6 bulan bahkan 1 tahun, pahit pahitnya anda tidak jadi berangkat karena tidak adanya kejelasan keluarnya NOC dan di masa penantian anda kurang bersabar mendapatkan visa atau memang Allah berkehendak lain yang mungkin itu baik buat anda. Saran kami untuk menghilangkan kebosanan dalam masa penantian, anda bisa memanfaatkanya untuk kursus Bahasa Ingris atau Arab, bisa juga di gunakan untuk Tahfid, tapi yang paling urgen dan sebagai bekal anda di Pakistan ialah bahasa inggris, mengingat bahasa national kedua ialah bahasa inggris.
Harapan berbeda dengan kenyataan
Ketika penulis masih di Indonesia, terbayang kehidupan dan iklim study di luar negri terkesan mudah, teratur dan gampang mencari materi untuk menambah bekal kehidupan sehari-hari. mungkin kita tidak sedikit mendengar cerita dari teman, ustad atau kenalan yang pernah mengenyam pendidikan di timur tengah sejalan dengan bayangan penulis tadi. Tapi kenyataan mengatakan sebaliknya.  Sebagai contoh :
1.      Menegement kampus yang kurang professional
“Memang di Negara-negara arab menegement kampus kurang teratur” itulah salah satu kalimat salah seorang ikhwan ketika beliau menceritakan pengalaman study di Sudan. Ada juga teman s2 lulusan Al Azhar mengamini hal tersebut. Yang jelas penulis tidak tahu persis apakah statement di atas benar atau tidak. Tapi, penulis mengalami sendiri kalau menegement IIUI kurang teratur. contoh: ketika awal semester sudah di mulai, jadwal dan para dosen sering berubah-ubah bahkan sampai 1-2 bulan baru perkuliahan berjalan normal.

2.      Air dan pemadaman listrik bergilir
Pakistan merupakan salah satu Negara yang memiliki empat musim. Musim gugur, musim panas, musim dingin dan musim semi. Ketika musim panas datang terasa sekali kesulitan dan kesukaran yang dialami WNI yang ada di Pakistan. terkhusus kita para pencari ilmu yang hidup di asrama-asrama kampus yang sering kali kehabisan air dan padamnya listrik. Anda akan sangat tersiksa, ketika anda sedang tidur malam tiba-tiba listrik padam. lampu mati, kipas angin mati.  wal hasil kamar anda seolah menjadi oven . Silahkan anda bayangkan sendiri!

3.      Tidak ada beasiswa
Hampir seluruh pelajar atau mahasiswa menginginkan beasiswa baik itu full atau pun tidak, sebagaimana Jami’ah Islamiah Madinah yang memberikan beasiswa full kepada mahasiswanya, sehingga mahasiswa tinggal fokus untuk study tampa memikirkan uang spp, buku dan biaya kehidupan sehari-hari. Ada juga yang uang perkuliahan/spp gratis sebagaimana Al Azhar yang bebas uang kuliah tapi biaya buku dan living cost ditanggung sendiri tapi di kairo anda sangat mudah mendapatkan yayasan yang memberikan beasiswa, hal ini sangat berlawanan dengan Islamabad. Wal hasil “biayasiswa” jadi aternatif dengan segala potensi dan keterbatasan fasilitas mereka berkarya.
Tiga hal di atas yang penulis anggap paling banyak di keluhkan dan dipermasalahkan para ikhwah, mudah-mudahan tiga point tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi anda yang tertarik kuliah di international Islamic university, Islamabad. tapi penulis sendiri   sudah terbiasa untuk tidak mempermasalahkan masalah, supaya tidak menjadi orang yang bermasalah malah justru menikmati masalah. bukankah sudah menjadi tuntutan bagi seorang Mukmin untuk bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan dan bersabar ketika di timpa kesulitan.
Wallahu ‘alam bis showab.

by: Ahmad Retno



0 comments:

Post a Comment