Thursday 11 October 2012











Beliau lahir di kampung Nurs daerah Khizan wilayah Bitlis, Turki. Beliau memiliki hafalan yang kuat, otak yang cerdas serta sifat yang pemberani. Guru pertama beliau adalah Mullah Abdullah yang merupakan kakaknya sendiri, yang pula memberikan gelar Badiuzzaman kepada beliau. Semasa mudanya beliau habiskan dengan ilmu dan tazkiyatunnufs, banyak pergi ke tempat-tempat pengajian dan banyak menghafal kitab kitab seperti nahwu, sharaf, mantiq dan berbagai ilmu agama seperti tafsir dan ilmu kalam. Berkat ajakan Hasan Pasha beliau di ajak ke kota Van dan dari situ beliau mulai tertarik pula untuk mendalami ilmu-ilmu modern seperti Matematika, Geologi, Fisika, Kimia, Astronomi, sejarah, Geografi, dan filsafat dalam waktu yang singkat .

Selama menjadi tamu Hasan Pasha di Van, beliau membaca sebuah koran yang kemudian menjadi titik tolak perubahan dalam hidup beliau. Dimana tertulis didalamnya pernyataan seorang menteri penjajah inggris Sir William Ewart Gladston dikantornya sembari berkata, “ Selama Al quran ini berada ditangan umat islam, kita tidak bisa menguasai mereka. Yang perlu kita lakukan adalah merampas Al quran ini dari tangan mereka atau kita jauhkan mereka dari al quran . dari berita yang telah beliau baca ini akhirnya beliau bersumpah, “ Aku akan membuktikan dan memperlihatkan bahwa Al quran adalah mentari maknawi yang tidak akan padam dan tidak dapat dipadamkan”. Lantas beliau mewakafakan hidupnya untuk mewujudkan sumpahnya itu.

Badiuzzaman berpendapat bahwa cara untuk menyelamatkan Daulah Utsmaniyah dari musuh internal atau eksternal adalah perjuangan dibidang pendidikan. Beliau mempunyai rencana besar untuk mlindungi cahaya ini dari segala bentuk pertentangan dan kerusakan terhadap masa depan Turki melalui penjagaan Al quran. Mencerahkan umat islam dengan pendidikan hanyalah cara yang satu-satunya cara untuk menjaga umat ini dari kehancuran. Maka dari itu beliau pergi ke Istambul untuk menarik perhatian pusat kekhalifan agar memberikan perhatian kepada rakyat Anatolia dan mendukung rencana beliau untuk mendirian perguruan Az Zahra di Van atau Diyarbakir.

Beliau mempunyai cita-cita besar yaitu mendirikan universitas Az Zahra. Dengan segala bentuk daya dan upaya beliau lakukan demi terwujudkannya cita-cita mulia ini. Tapi apalah daya jika penguasa tak menyetujui dengan berbagai alasan dan pertimbangan, Az Zahra sangat sulit diwujudkan. Pada akhirnya beliau menempuh jalur politik dan memilih untuk tetap tinggal di Istanbul . Beliau banyak menulis di surat kabar dan berperan penting dalm berbagai forum dan pertemuan. Setelah itu beliau bergabung dalam organisasi Ittihad Muhammadiya dan menjadikan pengaruh besar dalam organisasi ini.Setelah peristiwa 31 maret berlalu beliau dipanggil untuk diiterogasi di pengadilan militer Istanbul dengan tuduhan terlibat dalam insiden tersebut. 


Dengan dilontarkan beberapa pertanyaan yang beliau jawab dengan benar dan tegas akhirnya beliau bebas dan kembali lagi ke Van. Sambil mengunjungi suku dan kabilah, beliau juga mengajarkan mereka kemasyarakatan, budaya dan keilmuan.Salah satu nama kajian yang beliau sebarkan bernama munazarat atau debat. Setelah beberapa lama tinggal di Van beliaupun pergi ke Syam. Disana beliau mnyampaikan khotbah yang mampu menyihir hingga 10.000 orang dari jamaah masjid Umawi.dalam perjalanan ke Rumeli beliau bertemu dengan Sultan Rasyid dan mengusulkan pmbukaan beberapa cabang perguruan Az Zahra. Usulan ini diterima dan akhirnya terwujudlah impian beliau selama ini untuk mendirikan Az Zahra meski waktu itu perang dunia pertama meletus yang menyebabkan terhambatnya pembangunan. Beliau tetap bersyukur karena impiannya selama ini akan terwujud dalam bentuk ratusan Madrasah Nur yang tersebar diseluruh Turki.

Pada tahun 1914 – 1918 merupakan perang dunia pertama yang melibatkan beliau dan para pelajarnya ikut serta melawan Rusia dan Armenia diwilayah timur.Dalam keadaan yang genting ini dengan pertolongan Allah beliau mampu menulis sebuah kitab tafsir yang merupakan maha karya beliau dalam bidang ilmu tafsir yang berjudul “ ‘Isyarotul I’jaz “. Ketika Rusia mampu menguasai daerah Bitlis pada tahun 1916 beliau tertangkap dan berhasil melarikan diri lewat jalan Pittersburg, Warsawa dan Vienna lalu sampailah ke Istanbul pada 26 juni 1918. Atas keinginan Syaikhul islam Mustafa Sabri beliau ditunjuk sebagai anggota Dewan Hikmah Al Islamiyah yang bertugas memberikan fatwa dan melakukan syura menghimpun para ulama. Pada penghujung perang dunia ini negara-negara yang berada dibawa Kekhalifahan Utsmaniyah banyak yang tertakhlukan. Hal ini membuat negara-negara seperti Inggris, Prancis, Italia dan Yunani menguasainya. Pada saat Anatolia dikuasai oleh inggris, dengan segala usaha dan sepak terjanganya beliau mampu mendorong rakyat Anatolia untuk melawan penjajah Inggris. Hal ini membuat pemerintah di Angkara memberikan apresiasi yg luar biasa kepada beliau dan diundang untuk menghadiri salah satu rapat parlemen pada tahun 1922.

Meskipun  beliau hidup di tengah-tengah parlemen pemerintahan dan menjadi penasehatnya, serta para penjajah berhasil diusir dari negeri tersebut. Beliau merasa bahwa pengaruh kehidupan Eropa  mulai masuk dan merambat ke seluruh penjuru Anatolia. Pun juga nasehat-nasehat beliau kepada para penguasa parlemen yang semakin jauh dari nilai-nilai islam tak lagi di hiraukan. Akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Van dan mengasingkan diri disana sebagai sarana untuk muhasabah diri seraya menunggu tugas yang akan diberikan taqdir kepadanya. Tidak lama setelah itu meletuslah peristiwa Syaikh Said dan terjadi banyak pertumpahan darah. Namun beliau tetap memilih untuk tidak ikut campur dalam urusan ini dan berkata, “Tidak boleh ada pedang yang diangkat diatas kepala anak-anak bangsa sendiri yang telah mengusung panji Al quran selama bertahun tahun”. Pada tahun 1925 beliau dibawa ke Istanbul dan dari sana beliau di bawa ke Burdur dan Isparta. Lalu untuk menghalangi beliau bertemu dengan masyarakat akhirnya beliau diasingkan ke Desa bernama Barla di Isparta.       

Setelah 8 tahun beliau mengalami pengasingan di Barla, beliau telah berhasil menulis tiga perempat  kumpulan risalah An Nur yang merupakan tafsir dan hakikat Al quran serta sebagian besarnya mengetengahkan masalah keimanan. Beliau juga mengisyaratkan kepada siapa saja yang mau menjadi muridnya dan menulis risalah ini, untuk menuliskanya dengan huruf-huruf Al quran atau bahasa arab. Disamping menulis dan memperbanyak risalah ini, murid-murid risalah An Nur yang berada disekitar Barla dan Isparta menyebarkan risalah ini ke seluruh pelosok Anatolia hingga seakan-akan wilayah itu menjadi sebuah kota madrasah.

Risalah An Nur mulai dikenal banyak orang dan membuat separo dari kalangan masyarakat merasa tidak tenang. Maka pada tahun 1934 pengasingan beliau dipindahkan dari Barla ke Isparta. Setahun setelah itu beliau dituduh mengadakan perkumpulan rahasia untuk menggulingkan kerajaan. Maka pada tahun 1935 beliau dijebloskan lagi kedalam penjara bersama 120 muridnya. Setelah diinterogasi dan tidak terbukti, beliau tetap dihukumi penjara selama 6 bulan dengan tuduhan Risalah Tasattur (tentang menutup aurot). Setelah bebas, beliau diasingkan lagi selama 8 tahun di wilayah Kastamonu pada tahun 1936. 


Pada saat pengasingan 8 tahun ini, Risalah An nur mulai dikirim dan tersebar kembali di Isparta dan Anatolia hingga menembus ke pelosok yang paling dalam. Kelompok kajian beliau pun semakin lama semakin tersebar luas. Orang-orang yang beliau sebut sebagai ‘musuh-musuh agama yang terselubung’ juga tidak bisa menahan diri. Beberapa kali mereka menyerang ke rumah yang beliau singgahi. Beliau dipindahkan dari satu mahkamah ke mahkamah yang lain. Dibuang dari satu daerah ke daerah lain. Beliau juga pernah diracun sebanyak 23 kali. Hanya karena dukungan Allah lah beliau selamat dari pengaruh racun pada setiap percobaan. Kendati banyak tekanan, gerakan dakwah islam tidak bisa terhalangi dan dihalang-halangi.

8 tahun beliau diasingkan. Akhirnya pada tahun 1943 bersama 126 orang muridnya di bawa ke Mahkamah tinggi di Denizli. Setelah diadakan penelitian Risalah An nur oleh para profesor dan ilmuan yang kredibel ternyata telah disepakati bahwa “ Badiuzzaman tidak tidak mempunyai tujuan politik dan Risalah An nur merupakan tafsir Al Quran yang didasarkan pada ilmu dan keimanan”. Setelah itu para muridya dibebaskan sedangkan beliau tetap dalam penjara selama 8 bulan dan tidak diperkenankan menemui muridnya selama itu. Lalu setelah dibebaskan, beliau tinggal di Denizli selam dua bulansebelum akhirnya dipindahkan paksa ke tempat lain, yakni Emirdag pada 20 juli 1944.

Walaupun banyak mengalami tekanan tetapi dakwah Risalah An nur tetap berjalan. Emirdag sempat gempar dengan kehadiran beliau. Walaupun banyak halangan, orang yang mengunjungi beliau tidak pernah putus. Para murid beliau membawa risalah dam beliau mengoreksinya. Walaupun disetiap harinya beliau selalu diawasi oleh polisi dengan penjagaan yang ketat.

Pada tahun 1948 beliau bersama meridnya di tangkap lagi dan dibawa ke Afyon. Tuduhannya masih sama yaitu “ menentang kerajaan dan mengadakan pertemuan politik rahasia ”. Penyidikan berjalan selama 20 bulan dan lagi-lagi mereka dianggap tidak bersalah setelah ada pengajuan banding. Memang aneh, kendati keputusan banding, konon itu hanya untuk memperbaiki kekurangan pemerintah yang menunda nunda proses hukum beberapa lama hingga masanya habis. Setelah itu beliau dan muridnya bebas. Pada saat partai demokrat berkuasa beliau dipaksa tinggal di Ekisehir. Akhirnya Said Nursi pindah ke Isparta dan sibuk bersama murid-muridnya disana.

Kehidupan politik turki mulai kacau pada bulan-bulan pertama 1960. Said Nursi berusaha memperingatkan dan menegur kerajaan dan mewanti-wanti bencana yang akan terjadi. Beliau pergi ke Ankara hingga tiga kali. Setelah itu pada 11 januari ditahun yang sama, Menteri dalam negeri melarang beliau untuk masuk ke Ankara untuk yang ke tiga kalinya dan menyarankan beliau untuk putar balik ke Golbasi. Atas desakan dari Partai Rakyat (Partainya Attaturk), Menteri Dalam Negeri meminta beliau agar menetap di Emirdag. Maka beliau kembali ke Emirdag untuk beberapa lama. Setelah itu beliau pergi ke Isparta. Kemudian pelan tapi pasti, Said Nursi mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang disekitarnya. Dibeberapa nasehat beliau sering berbicara tentang kematian, wasiat dan alam kubur. Juga beliau sampaikan bahwa beliau tengah bersiap siap menuju alam akherat. Sebab tangan-tangan penerus dakwah keimanan dan Al Quran bagi Risalah An nur telah menulisnya. Kondisi kesehatan beliau kian mengkhawatirkan.

Baduzzaman kembali ke rahmatullah pada waktu shubuh hari ke 25 Ramadhan 1379 H, atau bertepan dengan 23 maret 1960. Pada esoknya beliau disholatkan di masjid ‘Urfa oleh jamaah yang memadati masjid. Beliau yang dianggap sebagai imam abad ini di bawa ke Khalilu Rahman, lalu jenazahnya di semayamkan ditempat yang telah dipersiapkan.

Dua bulan sepeninggalan beliau yakni 27 Mei 1960, terjadi kudeta kekuasaan yang menyebabkan kuburan beliau dibongkar kembali pada tanggal 12 Juli 1960. Mereka yang selalu menggangu dan tidak memberikan kesempatan istirahat semasa hidup beliau tetap takut kepadanya walaupun beliau telah meninggal dunia. Dan akhirnya kuburannya dipindahkan ke suatu daerah yang tidak diketahui di Isparta. Wallau a’lam.



Sudah menjadi Sunnatullah jika setiap orang yang berlari ketika melakukan sebuah permainan dalam olah raga pasti akan merasakan lelah. Setiap orang yang selalu bekerja dengan giat pasti akan merasakan letih. Setiap orang yang selalu belajar dengan membaca buku, mendengar ceramah di berbagai tempat pasti akan mengalami masa-masa kehilangan semangat. Setiap orang yang selalu beribadah siang dan malam pasti akan merasakan datangnya rasa malas. Inilah yang dinamakan dengan futur.

Banyak Ulama’ ahli bahasa yang menerangkan tentang arti futur (الفتور), yang mana semua keterangan mereka saling melengkapi dan saling menambah penjelasan antara satu dan yang lain. Diantaranya Ar raghib Al ashbahani dalam mufrodatul qur’an berkata : futur adalah diam setelah giat, lembut setelah keras, lemah setelah kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa futur adalah perasaan malas dan merasa longgar setelah rasa sungguh-sungguh dan rajin.

Tentang rasa futur Ibnu hajar rahimahullah berkata : perasaan condong kepada sesuatu yang sangat berat kemudian larinya manusia dari sesuatu itu setelah mencintainya. Dan itu adalah penyakit yang menimpa ahli ibadah, da’i, dan para penuntut ilmu. Kemudian orang akan merasa lemah, longgar, dan malas. Maka terputuslah kesungguhan, keinginan yang kuat, dan sifat rajinnya.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sebagai sosok yang mana seorang muslim harus menjadikannya sebagai suri tauladan dalam segala hal, bersabda : “Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa-masa semangat ada masa futur. Barangsiapa yang masa futurnya tetap dalam sunnah, maka dia telah mendapat hidayah. Namun barangsiapa yang masa futurnya membawa kepada selain itu (sunnah), maka dia telah celaka.” (HR. Ibnu hibban dan Al bani menshahihkannya).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa sudah menjadi hal yang wajar jika rasa futur itu datang. Bahkan bisa jadi futur itu adalah sesuatu yang pasti dan akan sulit untuk dihindari. Maka Rasulullah memberikan kabar gembira kepada ummatnya dengan hidayah jika rasa futur itu datang tetapi masih tetap berada dalam sunnahnya. Dan sebaliknya, Rasulullah menyatakan seseorang akan dikatakan celaka apabila rasa futur datang tetapi orang itu lari dari sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam.

Macam-macam futur

Bagian yang pertama adalah futur yang menyebabkan seseorang berhenti total untuk melakukan segala macam amalan. Seseorang yang biasa melakukan ibadah kemudian berhenti melakukannya. Seseorang yang giat dalam menuntut ilmu kemudian berhenti menuntut ilmu. Seorang da’i yang selalu berdakwah kemudian berhenti untuk berdakwah. Wal iyadzu billah

Bagian yang kedua adalah futur yang hanya menyebabkan seseorang malas untuk melakukan sebagian amalan. Dan inilah yang lebih banyak menjadi penyakit seseorang dari pada futur jenis pertama yang telah disebutkan di atas.

Seperti seseorang yang terbiasa membaca Al qur’an tiga juz setiap hari, kemudian hanya membaca kurang dari satu juz. Seseorang yang terbiasa membaca hingga tiga puluh halaman buku setiap hari, menjadi hanya membaca beberapa halaman saja. Seorang pelajar yang mempunyai delapan mata pelajaran dalam kelasnya setiap pekan, hanya mengikuti tiga mata pelajaran saja dan meninggalkan yang tersisa.

Hal yang tampak ketika futur

Hal yang tampak ketika futur sebagaimana yang telah kita ketahui adalah rasa malas dalam beribadah dan melaksanakan ketaatan diiringi perasaan yang sangat berat dalam melaksanakannya. Dan salah satu dari ibadah yang diwajibkan kepada setiap muslim adalah sholat lima waktu, perlu menjadi perhatian bagi kita adalah jika perasaan malas dalam melaksanakan sholat lima waktu ini hadir. Maka kita harus memaksa diri dan berusaha untuk mengusir rasa malas itu. Karena malas ketika mendirikan sholat adalah salah satu dari ciri orang munafik, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاؤُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلاً

“Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (ingin dipuji) dihadapan manusia, dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Qs. Al Maidah:142)

Sholat lima waktu adalah sebuah kewajiban yang tidak ada ruang untuk futur dalam pelaksanaannya. Adalah hal yang boleh dan dimaklumi ketika futur dalam melaksanakan hal-hal yang bersifat sunnah secara hukum fiqh. Adalah hal yang diperbolehkan futur dalam sebagian ketaatan dan amalan.  Tetapi tidak dalam hal yang bersifat faridhoh atau kewajiban.

Mungkin kita dapati seseorang yang mendengar adzan tetapi tidak bersegera menuju ke masjid dan mengatakan iqamah belum dikumandangkan. Kemudian ketika salah seorang teman berangkat ke masjid dia bertanya, kapan imam datang? dan ketika mendengar iqamah dia mengtahui imam hari ini jika sholat bacaan suratnya panjang, maka dia menunda keberangkatannya. Sepuluh menit baginya ketika sholat terasa begitu lama dan membosankan -wal iyadzubillah-.

Akan tetapi ketika diberitahukan kepadanya besuk akan ada pertandingan sepakbola misalnya. Dia bersegera dalam menjawab panggilan itu dan tidak mau tertinggal barang satu menit saja. Pertandingan itu menghabiskan waktu berjam-jam dan dia mengatakan seakan berjalan begitu cepat waktunya.

Dia selalu menyebutkan banyak hadist yang memerintahkan untuk meringankan bacaan dalam sholat, tapi seakan melupakan hadist yang menerangkan panjang bacaan Rasulullah ketika sholat. Sholat adalah penghubung antara seorang hamba dan Sang pencipta Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak ada tempat untuk futur dalam melaksanakannya.

Termasuk dari hal yang tampak ketika seseorang terkena penyakit futur adalah tertutup hatinya untuk menerima kebenaran. Maka, tidak berpengaruh baginya nasehat-nasehat ulama dan asatidz yang diberikan, bahkan tidak berpengaruh pula bagi hatinya ayat-ayat Al qur’an yang dia mendengarkannya. Padahal termasuk dari sifat orang Mu’min adalah apabila diperdengarkan ayat-ayat Al qur’an bertambah keimanannya.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَان

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertembah kuat imannya..” (Qs. Al anfal:2)
Termasuk dari hal yang tampak ketika futur adalah terjerumusnya seseorang kepada maksiat dan dosa tanpa ada perasaan bersalah telah melakukannya. Dia mengatakan bahwa apa yang dia lakukan hanyalah kesalahan kecil yang tidak perlu dipermasalahkan, kemudian mengatakan masih ada hal yang lebih dosa besarnya dari maksiat yang dilakukannya.

Menjalani hari tanpa ada manfaat dan faedah juga salah satu hal yang tampak ketika futur. Hari-hari terasa begitu hampa baginya, dia menjalani harinya tanpa melakukan apapun yang berguna baik untuk dirinya ataupun orang lain. Banyak orang yang sedang terkena futur berkata “bahwa zaman telah berubah dan aku tidak bisa mengambil manfaat dalam hidupku.”

Setiap penyakit ada obat

futur adalah sebuah penyakit dan tidaklah penyakit di dunia ini melainkan ada obatnya. Beberapa diantara hal-hal yang dapat menghindarkan seseorang dari futur adalah. Mengikhlaskan niat hanya mengharap ridho Allah ketika beramal, menghindari banyak berkhayal, menghindari ibadah berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, berteman dengan orang sholeh, tidak meremehkan dosa-dosa kecil yang dilakukan, dan selalu bermuhasabah atau intropeksi diri.

Untuk menghindari futur, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga telah mengajarkan do’a kepada umatnya agar selalu ditetapkan dalam ketaatan.

اَللَّهُمَّ مُـصَـــرِّفَ الْـقُلُـــــــــــوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبَنَــا عَلَى طَاعَتِكَ

“Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.” (HR. Muslim, dari Abdullah bin Amr bin al-’Ash radhiyallahu anhuma)

يَـــامُـقَلِّبَ الْـقُلُـــــــــــوْبِ، ثَـبِّتْ قَـلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi)
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang Muslim agar terhindar dari penyakit futur dan selalu konsisten dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu ta’ala a’lam

By : Muhammad Fakhri Ihsani


Suatu ketika Gus Dur berkata “ gitu aja kok repot “. Kata bualan yang penuh makna. Keluar begitu saja tanpa beban seolah dialah pengendali masalah itu. Dilihat sekilas memang kalimat itu tdaklah baku. Atau termasuk dalam bahasa bebas. Diluar pro kontra akan ketokohannya, kata katanya bisa dijadikan motifasi teoritis. Bahkan orang yang berpengalaman sekalipun akan merekonstruksi ulang toriqoh yang dia anggap salah berkepanjangan karena termotifasi teori ini. Menarik jika kita teliti secara rasional. Karena ternyata semua masalah ada jalan keluarnya.

Masalah adalah masalah. Ia seperti sebuah investasi ataupun invasi dari yang maha mengatur alam semesta. Seperti hukum kosmos yang teratur dalam otoritas sang kholik. Masalah bisa timbul dari mana saja, dengan metode apa saja. Ia diciptakan hanya untuk makhluk yang di anugrahi nyawa. Semuanya yang bernyawa akan berkoalisi dengan yang namanya masalah. Dalam hal ini kita tidak akan repot repot membahas masalah dalam dunia satwa. Tapi insyallah melalui buah pikiran ini, kita akan menyinggung pemecahan masalah dalam dunia manusia sebagai makhluk sosial dan beradab.

Yang perlu sekali kita cermati dalam hidup ini bahwa manusia ada yang memiliki. Dialah Allah sang maha memiliki. Sang pemilik adalah yang paling berhak terhadap miliknya. Jika dia menghendaki manusia di ciptakan untuk menghadapi masalah. Maka secara profesional, manusia seharusnya dengan gagah menghadapinya. Dengan di invasikanya masalah ini pada kehidupan manusia, maka Allah tidak membiarkan masalah ini secara membabi buta meruntuhkan kemanusiaan. Oleh karna itu dengan keperkasaan Nya, di ciptakanlah sang akal khusus untuk mempagar betisi ataupun mengclean sheet kan segala bentuk permasalahan. ya!, namanya adalah sang akal. Akal adalah anugerah yang besar yang tak terbantahkan. Ia menjadi titik terpenting dalam struktur keorganisasian dalam macam aspek diciptakanya manusia. Ialah sang pembeda antara manusia dan hewan. Antara kemuliaan dan kehinaan.

Satu gagasan penting yang harus kita kita implementasikan adalah berfikir jernih. Dalam film Shooter ( sebuah film tentang perjalanan hidup seorang Sniper ), sang aktor utama ketika bersiap melesatkan peluru berkata, “ pelan adalah lancar, lancar adalah cepat “. Dari itu kita bisa istifadah bahwa berfikir jernih adalah berfikir tenang walau lambat, karena dengan ketenangan dan kejernihan dalam berfikir akan berujung kelancaran dan kecepatan. Sebuah hal yang signifikan karena ternyata Rasulullah sendiripun juga mengingatkan : العجلة من الشيطان  “ ketergesa gesaan itu adalah dari syetan “. Dari hadits ini bisa kita sinergikan dengan pola berfikir jernih. Pola berfikir jernih ini di terapkan jika manusia mau memakai akal sehatnya. Mula mula dia akan melihat kepada jenis permasalahan yang ia hadapi, ia kenali dan akrabi. Yang kedua dia akan berpikir bagaimana cara tercerdik untuk menuntaskan masalah rumit dengan cara sederhana. Tidak tergesa gesa dan mencoba bersikap tenang. Terkadang orang hanya memikirkan kecepatan. Padahal justru disitulah awal kecerobohan.

Liat saja secara sekelibat bagaimana cara orang yang tak kunjung selesai menyalakan korek api. Dia hanya ingin segera dan segera menyala. Tapi tak sadar kalau serbuknya telah melembab. Ia paksakan hingga batang korek pun patah. Atau ketika sedang mengerjakan sebuah tugas dari kampus. Sebenarnya jika didiskusikan akan lebih cepat tuntas. Tapi karena ketergesaan tadi maka tugas pun tak kunjung selesai. Ini karena enggan berpikir jernih. Pun juga ketika orang sedang berpergian jauh. Ia tak perlu repot-repot mencari penginapan, padahal ia dapati banyak teman lama didaerah itu. Tapi karena ia hanya berpikir pendek, maka ia merepotkan dirinya sendiri. Hal ini sangat bisa difikirkan. Karena ternyata anggapan besar kecilnya masalah adalah bergantung pada worldview atau cara pandang hidup dalam artian bagaimana dia menganggap adanya si masalah. Jika masalah itu besar menurut seseorang maka akan jadi besar pulalah dia. Jika masalah itu kecil baginya maka akan jadilah ia si masalah kecil. Jika seseorang berfikir akan bisa mengatasi masalahnya maka dia akan mampu mengatasinya, meskipun bila juga belum tertuntaskan tapi dia akan selalu berjiwa besar menghadapi semua final yang telah klimaks. Tapi jika ia merasa tak mampu untuk menghadang pelbagai invasi problematika hidup, maka ia akan gagal sebelum bergerak. Walaupun pada dasarnya itu adalah masalah sepele saja.

Orang yang suka merealisasikan hidupnya dengan hal hal yang simple dan sederhana tentu ia tak akan merepotkan dirinya sendiri apalagi orang lain. Jika ia tahu ia mampu berjalan ke kanan maka ia tak akan merepotkan dirinya sendiri dengan berjalan ke kiri. Jika ia berbakat belajar kungfu mengapa harus memaksakan diri dengan belajar membaca puisi. Jika bisa mendaki melalui jalur setapak mengapa harus bersusah riya membuat jalan sendiri. Jika bisa meraih buah mangga dengan kayu mengapa harus memanjat. Jika bisa membuang sampah sendiri mengapa harus menunggu petugas pembuang sampah. Jika bisa memadamkan api sendiri mengapa harus menunggu pemadam kebakaran. Kalimat-kalimat diatas merupakan konotasi bahwa kita tak perlu merepotkan diri sendiri atau merepotkan orang lain. Tentunya indikasi tersebut diluar tujuan-tujuan positif tertentu dan sudah menjadi masalah umum.

Rasulullah sebagai suri tauladan umat Islam. Telah mencontohkan terlalu banyak pemecahan masalah dengan berfikir jernih kepada para sahabat. Bagaimana beliau tetap berfikir tenang dikala banyak pihak yang menolak dakwah beliau. Bagaimana sikap beliau menghadapi keadaan genting nan kritis ketika perang Badar. Bagaimana beliau menanggapi orang yang benar-benar tidak tahu tentang syariat, seperti seorang Badui yang kencing di Masjid. Bagaimana beliau menenangkan Abu Bakar yang merasakan ketakutan dan kegelisahan yang dahsyat di Gua Tsur, hingga kata-kata hiburan itu tetap hidup hingga kini, ‘Laa Tahzan Inallaha Ma’ana’. Sampai bagaimana beliau berfikir jernih dan bijaksana dikala semua Sahabat tidak mempercayainya, yaitu meberikan maaf kepada Ikrimah bin Abi Jahl yang sebelumnya telah di black list oleh Rasulullah sebagai musuh yang harus dibunuh. Namun akhirnya dengan dimaafkannya ia, akhirnya diapun memeluk Islam. 

Contoh pertama ketika bliau berdakwah di Makkah dan banyak yang menolak. Jika orang berfikir secara serampangan tentu ia memilih medan Dakwah lain yang lebih mudah dan tidak menyakitkan hati. Tapi karena kecerdasan akal dan keluhuran moral yang ditampakan oleh beliau. Maka selama sepuluh tahun masa risalah di makkah telah menjadikan para kafir Quroisy geleng-geleng kepala. Bahkan ketika Amirul Mukminin Umar bin khatab telah memeluk islam. Ia dengan kemarahannya mengadukan untuk segera melawan dan berperang dengan kafir Quroisy. Tapi dengan kejernihan pola pikir Rasulullah yang dilandasi wahyu, maka beliau berhasil menenangkan Amirul Mukminin Umar radiyallahu ‘anhu. 

Adapun contoh yang kedua ketika akan terjadinya perang Badar. Sebuah kemustahilan dan sangat tidak menjunjung tinggi fairplay. Karena jumlah kaum muslimin ketika itu hanya 317 berbanding 1300. Tapi karena keyakinan yang di wasiatkan oleh Rasulullah maka akhirnya mereka maju dengan gagah berani dan memperoleh kemenangan. Teladan yang selanjutnya ketika para sahabat geram dan marah kala seorang Badui mengencingi masjid tempat para sahabat sholat. Dengan kejernihan pola pikir dan kebijaksanaannya, beliau tidak menyuruh untuk menghukum si Badui yang tak tahu, tapi beliau perintahkan untuk menyirami tanah yang dikencingi dengan air dan memberikan maaf kepada si Badui. 

Lalu kecontoh selanjutnya ketika Beliau dan sahabat Abu Bakar As shidiq berada dalam kejaran para pemuda utusan dari berbagai qobilah, untuk membunuhnya. Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi dalam Gua Tsur. Para kafir Quraisy sebenarnya sudah berada di mulut Gua. Dengan keadaan genting ini Abu Bakar merasakan ketakutan dan kegelisahan yang dahsyat. Lalu Rasulullah pun menenangkannya dengan kata-kata motifasi, ‘jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita’.  

Jika orang sudah tak menghiraukan lagi berpola pikir jernih maka yang terjadi adalah kecerobohan-kecerobohan konyol yang akhirnya berakhir dengan kemarahan yang tidak perlu. Orang seharusnya bisa menyalakan api kompor secukupnya agar tak terjadi kebakaran. Orang seharusnya bisa membuka kran air secukupnya tanpa menyebabkan krisis air. Orang seharusunya bisa meninggalkan kamar mandi setelah ia pakai tanpa meninggalkan bekas yang merepotkan. Orang seharusnya bisa tau diri menggunakan waktunya tanpa menyalahkan satu pihak. Orang seharusnya tidak tinggal diam melihat orang yang masih tertidur di masjid padahal waktu sudah azan. So, marilah kita selalu berusaha dan mencoba untuk selalu berfikir jernih dalam segala hal. Wallahu a’lam.              

By : Irsyadul Hakim



Sebuah perkataan cinta Nabiyulloh Musa…
Yang murni serta dilandasi keikhlasan untuk ridho Allah semata… 
Tak terbetik pun hawa nafsu dalam melafazkannya…
Sebuah kata yang biasa tapi mampu menumbuhkan rasa cinta….
Kata cinta yang penuh makna…
Hanya jiwa suci yang mampu mengungkap serta merasakan maknanya…

Sedikit petikan puisi diatas yang melambangkan perkataan cinta Nabi Musa. Tapi sob sebelum lebih jauh mendalami kata-kata cinta nabi Musa, akan sedikit ane nukilkan kisah nabi Musa yang menjadi dasar mengapa ane katakan sebagai lafazh Cinta Nabi Musa. Cerita yang serat makna yang luar biasa sob. Ini nih ceritanya…

Cerita dari buku “Kisah-Kisah Orang Buron Dalam Islam” Karya Abu Jandal Al Azdi yang dinukil dari Surat Al-Qashash: 20-28.  Cerita berawal ketika Firaun dan para petinggi kerajaan memutuskan untuk mengejar dan membunuh musa karena khawatir akan adanya pemberontakan darinya. Kemudian datanglah seorang pemuda memberikabar kepada Musa bahwa ia akan dibunuh oleh Firaun dan balatentaranya. Saat itu juga Allah memerintahkan Musa untuk pergi dari kampung halamannya menuju kearah Negeri Madyan yang terletak di selatan Syam. Negeri yang teramat jauh dari kampung halaman Musa. Beliau pergi dengan keadaan was-was dan takut dan hanya berbekal keyakinan akan pertolongan Allah semata.
            
Tatkala memasuki Negeri Madyan Beliau melihat para penggembala kambing yang sedang meminumkan kambing-kambing mereka. Dalam keadaan lelah beliau terus berjalan menyusuri mata air kaum madyan sampai akhirnya beliau melihat dua sosok wanita yang menambatkan kambingnya menunggu parapenggembala pria lain selesai meminumkan ternak mereka. Dan inilah Lafazh cinta nabi Musa, “Kalian Berdua Kenapa?”
   
Mungkin lafazh nabi Musa di atas terlihat biasa. Kalau bisa di kata ngga keren atau gombal kayak anak muda zaman sekarang. Tapi jika kita mau mendalami lebih dalam kisah di atas tadi, betapa dahsyatnya perkataan nabi Musa di kisah tadi yang akhirnya menumbuhkan cinta. Di dalam kisah tersebut bahwa nabi musa tertimpa rasa lelah yang teramat sangat akibat perjalanan jauh karena dikejar-kejar balatentara firaun. Kemudian cuaca saat itu sangatlah panas. Nabi Musa pula adalah orang asing di Negeri Madyan. Saat Beliau melihat dua orang wanita yang menambatkan kambing-kambingnya karena tidak mau berdesak-desakan dengan para pria dan rela mendapatkan sisa-sisa air dari pada harus bercampur dengan laki-laki. Maka Bergejolaklah Fitroh Musa sebagai Pria yang sehat dan kuat. Akhirnya Musa pun maju untuk mengambilkan air yang akan di berikan kekambing-kambing wanita tadi walaupun dirinya pun masih sangat teramat lelah. Setelah menolong ke dua wanita tadi. Musa pun langsung pergi ketempat teduh dan tidak mengharap apapun dari ke dua wanita.Hal ini akan sangat berbeda dengan kebanyakan para pemuda sekarang,  menolong wanita tapi ada maunya di belakangnya.  Ingin ini itu bahkan Naudzubillah menginginkan yang ‘nggak-nggak’ dari wanita yang di tolong tersebut. Tapi tidak dengan nabi Musa beliau hanya mengharap kebaikan dari Allah,  ini terlihat dari perkataan beliau saat berteduh, “Wahai Rabbku sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
        
Dan di akhir kisah di atas tadi, dua wanita itu menceritakan kepada ayahnya yaitu Syuaib tentang pertolongan pemuda tadi yang tidak lain adalah Musa. Kemudian akhirnya salah seorang di antara mereka di minta memanggil Musa menghadap Syuaib. Lalu salah satu dari ke dua putrinya meminta ayahnya untuk memperkerjakan karena dia lelaki kuat juga terpercaya. Si putri tadi menceritakan bagaimana ia kuat dalam menimba air serta terpercaya karena selalu menjaga pandangan tatkala berbicara padanya. Akhirnya Allah membalas Doa dari musa lewat Syuaib yang meminta dia untuk menikahi salah satu dari kedua putrinya dan berkerja untuknya. Dan akhirnya pula juga terbebas dari kejaran balatentara Firaun.

Itulah kisah tentang Lafazh Cinta nabi Musa, lafazh cinta yang di landasi karena Allah bukan karena hawa nafsu karena wanita. Akhirnya memunculkan rasa cinta dari syuaib dan ke dua putrinya kepada Nabi Musa. Wallohua’lam.


by: Azhar Nurochman