Thursday 11 October 2012




Sebuah perkataan cinta Nabiyulloh Musa…
Yang murni serta dilandasi keikhlasan untuk ridho Allah semata… 
Tak terbetik pun hawa nafsu dalam melafazkannya…
Sebuah kata yang biasa tapi mampu menumbuhkan rasa cinta….
Kata cinta yang penuh makna…
Hanya jiwa suci yang mampu mengungkap serta merasakan maknanya…

Sedikit petikan puisi diatas yang melambangkan perkataan cinta Nabi Musa. Tapi sob sebelum lebih jauh mendalami kata-kata cinta nabi Musa, akan sedikit ane nukilkan kisah nabi Musa yang menjadi dasar mengapa ane katakan sebagai lafazh Cinta Nabi Musa. Cerita yang serat makna yang luar biasa sob. Ini nih ceritanya…

Cerita dari buku “Kisah-Kisah Orang Buron Dalam Islam” Karya Abu Jandal Al Azdi yang dinukil dari Surat Al-Qashash: 20-28.  Cerita berawal ketika Firaun dan para petinggi kerajaan memutuskan untuk mengejar dan membunuh musa karena khawatir akan adanya pemberontakan darinya. Kemudian datanglah seorang pemuda memberikabar kepada Musa bahwa ia akan dibunuh oleh Firaun dan balatentaranya. Saat itu juga Allah memerintahkan Musa untuk pergi dari kampung halamannya menuju kearah Negeri Madyan yang terletak di selatan Syam. Negeri yang teramat jauh dari kampung halaman Musa. Beliau pergi dengan keadaan was-was dan takut dan hanya berbekal keyakinan akan pertolongan Allah semata.
            
Tatkala memasuki Negeri Madyan Beliau melihat para penggembala kambing yang sedang meminumkan kambing-kambing mereka. Dalam keadaan lelah beliau terus berjalan menyusuri mata air kaum madyan sampai akhirnya beliau melihat dua sosok wanita yang menambatkan kambingnya menunggu parapenggembala pria lain selesai meminumkan ternak mereka. Dan inilah Lafazh cinta nabi Musa, “Kalian Berdua Kenapa?”
   
Mungkin lafazh nabi Musa di atas terlihat biasa. Kalau bisa di kata ngga keren atau gombal kayak anak muda zaman sekarang. Tapi jika kita mau mendalami lebih dalam kisah di atas tadi, betapa dahsyatnya perkataan nabi Musa di kisah tadi yang akhirnya menumbuhkan cinta. Di dalam kisah tersebut bahwa nabi musa tertimpa rasa lelah yang teramat sangat akibat perjalanan jauh karena dikejar-kejar balatentara firaun. Kemudian cuaca saat itu sangatlah panas. Nabi Musa pula adalah orang asing di Negeri Madyan. Saat Beliau melihat dua orang wanita yang menambatkan kambing-kambingnya karena tidak mau berdesak-desakan dengan para pria dan rela mendapatkan sisa-sisa air dari pada harus bercampur dengan laki-laki. Maka Bergejolaklah Fitroh Musa sebagai Pria yang sehat dan kuat. Akhirnya Musa pun maju untuk mengambilkan air yang akan di berikan kekambing-kambing wanita tadi walaupun dirinya pun masih sangat teramat lelah. Setelah menolong ke dua wanita tadi. Musa pun langsung pergi ketempat teduh dan tidak mengharap apapun dari ke dua wanita.Hal ini akan sangat berbeda dengan kebanyakan para pemuda sekarang,  menolong wanita tapi ada maunya di belakangnya.  Ingin ini itu bahkan Naudzubillah menginginkan yang ‘nggak-nggak’ dari wanita yang di tolong tersebut. Tapi tidak dengan nabi Musa beliau hanya mengharap kebaikan dari Allah,  ini terlihat dari perkataan beliau saat berteduh, “Wahai Rabbku sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
        
Dan di akhir kisah di atas tadi, dua wanita itu menceritakan kepada ayahnya yaitu Syuaib tentang pertolongan pemuda tadi yang tidak lain adalah Musa. Kemudian akhirnya salah seorang di antara mereka di minta memanggil Musa menghadap Syuaib. Lalu salah satu dari ke dua putrinya meminta ayahnya untuk memperkerjakan karena dia lelaki kuat juga terpercaya. Si putri tadi menceritakan bagaimana ia kuat dalam menimba air serta terpercaya karena selalu menjaga pandangan tatkala berbicara padanya. Akhirnya Allah membalas Doa dari musa lewat Syuaib yang meminta dia untuk menikahi salah satu dari kedua putrinya dan berkerja untuknya. Dan akhirnya pula juga terbebas dari kejaran balatentara Firaun.

Itulah kisah tentang Lafazh Cinta nabi Musa, lafazh cinta yang di landasi karena Allah bukan karena hawa nafsu karena wanita. Akhirnya memunculkan rasa cinta dari syuaib dan ke dua putrinya kepada Nabi Musa. Wallohua’lam.


by: Azhar Nurochman

0 comments:

Post a Comment